Tekno  

Startup Decacorn Theranos, Penipuan Terbesar Silicon Valley

Sekilas ide revolusioner yang dipaparkan pengusaha muda Elizabeth Anne Holmes yang takut dengan jarum suntik cukup menarik. Bayangkan, anda bisa mengetahui kesehatan dan mendeteksi kondisi medis seperti kanker dan kolesterol tinggi hanya dengan mengambil sedikit darah dari ujung jari anda.

Dilansir dari The Economist, Elizabeth yang saat itu baru berusia 19 tahun, memutuskan untuk drop out dari Universitas Stanford jurusan teknik kimia, dan mulai mengembangkan ide tersebut lewat perusahaan startup Theranos (sebelumnya bernama Real-Time Cures) pada tahun 2004.

Bertahun-tahun, Theranos berkembang dan menarik banyak investor hingga dapat mengumpulkan lebih dari US$ 700 juta dari pemodal ventura dan investor swasta, juga menghasilkan valuasi US$ 10 miliar pada puncaknya pada 2013 dan 2014 atau berhak menyandang status startup decacorn.

Theranos dengan cepat juga mengamankan kemitraan luar. Dilansir dari Business Insider Singapore, Capital Blue Cross dan Cleveland Clinic menandatangani untuk menawarkan tes Theranos kepada pasien mereka, dan Walgreens membuat kesepakatan untuk membuka pusat pengujian Theranos. Theranos juga membentuk kemitraan rahasia dengan Safeway senilai US$ 350 juta.

Sebagai CEO perusahaan bernilai miliaran dolar, Elizabeth berada di puncak dunia, bahkan mendapatkan predikat miliarder self-made wanita termuda di dunia dengan kekayaan bersih sekitar US$ 4,5 miliar. Wanita kelahiran 3 Februari 1984 tersebut sukses menghiasi sampul buku Fortune dan Forbes, menjadi pembicara di TED Talk, juga berbicara di panel dengan Bill Clinton dan Jack Ma dari Alibaba.

Namun dibalik kekayaan dan kesuksesan tersebut, Elizabeth tidak berterus terang bahwa teknologi yang ia hasilkan lewat Theranos tidak berfungsi. Bahkan kepala ilmuwan di Theranos dan salah satu karyawan pertama perusahaan, Ian Gibbons memperingatkan Holmes bahwa tes belum siap untuk diuji publik, dan bahwa ada ketidakakuratan dalam teknologi tersebut.

Bahkan dalam penelitian yang dilakukan regulator dari badan pemerintah yang mengawasi laboratorium dari Administrasi Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat menemukan ketidakakuratan dalam pengujian yang dilakukan Theranos pada pasien.

Kekurangan dan ketidakakuratan teknologi Theranos terungkap, bersama dengan peran yang dimainkan Holmes dalam menutupi semuanya. Theranos dan Holmes didakwa melakukan penipuan besar-besaran, dan perusahaan unicorn di Silicon Valley itu terpaksa menutup laboratorium dan pusat pengujiannya.

Dengan banyaknya bukti penipuan, Elizabeth yang sempat muncul dalam program Mad Money CNBC International masih membela diri dan perusahaannya. “Inilah yang terjadi ketika Anda bekerja untuk mengubah banyak hal, dan pertama-tama mereka berpikir Anda gila, lalu mereka melawan Anda, dan tiba-tiba Anda mengubah dunia,” ujar Elizabeth.

Namun upaya pembelaan diri ini tidak membuat keadaan membaik. Pada Maret 2018, perusahaan Theranos, Elizabeth dan presiden Theranos Ramesh ‘Sunny’ Balwani didakwa dengan ‘penipuan besar-besaran’ oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS.

Elizabeth setuju untuk menyerahkan kendali keuangan dan suara perusahaan, membayar denda US$500.000, dan mengembalikan US$18,9 juta saham saham Theranos. Elizabeth juga tidak diizinkan menjadi direktur atau pejabat perusahaan publik selama 10 tahun. Dengan kejahatannya ini, Elizabeth bisa dituntut hukuman hingga 20 tahun penjara dan denda jutaan dolar.

Setelah lebih dari satu dekade, akhirnya Elizabeth tertangkap basah menipu banyak orang, termasuk para investor yang sudah menggelontorkan banyak dana untuk perusahaan tersebut. Kini, perempuan yang mengidolakan Steve Job ini harus bersiap menghadapi sidang hukuman yang akan dimulai pada Agustus 2020 di pengadilan federal San Jose.

Kasus penipuan Elizabeth dan Theranos menjadi contoh kasus agar investor bisa berhati-hati dalam menggelontorkan dana kepada sebuah perusahaan, apalagi jika belum adanya bukti teknologi tersebut berhasil dilakukan. [cnbcindonesia]