News  

Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra Curhat Ingin Mengundurkan Diri 138 Kali

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra berbagi kisahnya saat menghadapi tekanan restrukturisasi penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Ia sempat merasa tidak kuat melanjutkan posisinya dan ingin mengundurkan diri sebanyak 138 kali.

Saat Garuda Indonesia menghadapi PKPU dan pandemi COVID-19, Irfan mengaku bahwa dirinya bersama Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo tidak percaya bahwa maskapai pelat merah ini akan selamat. Namun, Irfan tidak punya pilihan lain.

“Banyak orang yang bertanya sama saya ‘bagaimana bapak menghadapi situasi itu’. Jawaban saya, saya ingin mengundurkan diri. (Terus) tanya ‘berapa kali bapak ingin mengundurkan diri, 2-3 kali? Enggak 138 kali lebih pastinya’. Ini sebuah beban yang enggak pernah orang yang tahu,” kata Irfan dengan suara bergetar di OJK Institute dalam youtube Otoritas Jasa Keuangan, dikutip Sabtu (26/8).

Irfan memastikan tidak ada orang yang tahu beban yang dipikulnya saat memimpin maskapai BUMN itu. Bahkan, tiga CEO terkemuka yang ditemui Irfan meminta ia untuk mengundurkan diri karena Garuda Indonesia tidak akan selamat.

“Saya tanya ‘bos menurut lu gua harus gimana, kalau kondisinya seperti ini dari mobilitas, peradaban kita enggak terbang, utang kita seberapa besar’. Mereka semua bertiga sepakat dan kasih jawaban very simple straightforward ‘gampang Fan’. Saya ambil notes, apa bos? ‘Elu resign aja, udah gila diterusin perusahaan begini, enggak mungkin selamat’,” ujarnya.

Irfan juga menemui profesor Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) di salah satu universitas untuk mencari solusi di balik permasalahan Garuda Indonesia namun tak kunjung mendapat jawaban.

“Belum ketemu pak Sunarso (Direktur Utama BRI) teman-teman gimana rasa malunya, kita bisa berdiri segala macam tapi enggak bayar. Bukan hanya bunga yang bayar, semua enggak kita bayar berbulan-bulan. Saya juga heran enggak Kol 5,” candanya.

Ia membandingkan jumlah armada pesawat yang dimiliki Garuda Indonesia sebelum pandemi COVID-19 sekitar 140 unit. Namun saat menjelang sidang PKPU, hanya 35 pesawat yang boleh terbang dan sisanya tidak boleh terbang.

“Yang lainnya tidak membolehkan kita terbang lagi, ya pantas saja pemilik pesawat karena kita tidak bayar hampir dua tahun tentu saja tidak ikhlas menerbangkan pesawatnya dia,” sambung Irfan.(Sumber)