Kebetulan saat perbincangan warga Solo tentang Jokowi bakal nyalon jadi Walikota sudah menjadi buah bibir warga Solo sejak tahun 2004. Saat itu penulis “setengah” bermukim di Kerten, Solo dan Proliman Sukoharjo. Penulis sebut “setengah” bermukim karena masih bolak balik Bandung dan Solo urusan pekerjaan.
Jokowi yang ketika itu berprofesi sebagai tukang kayu seperti Jokowi sebut ia alumni Jurusan Teknologi Kayu Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada akan mencalonkan jadi Wali Kota Solo periode 2005-2010. Belakangan akademisi senior UGM, Prof. Mohammad Naiem membantah. UGM tidak punya jurusan Teknologi Kayu seperti Jokowi sebut.
Penulis ingat betul gelar akademik yang disandang Jokowi ketika nyalon jadi Walikota Solo. Doktorandus atau disingkat Drs. Joko Widodo. Tampak jelas di baliho, spanduk dan poster lainnya tertulis Drs. Joko Widodo, Calon Wali Kota Solo Periode 2005-2010.
Hal ini diperkuat foto lawas Jokowi setelah terpilih menjadi Walikota Solo saat mengunjungi pabrik tekstil yang konon terbesar di Indonesia, PT. Sritex di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Sekarang PT. Sritex sudah bangkrut.
Tampak jelas foto Jokowi saat menjabat Walikota Solo. Menarik atensi penulis karena gelar Jokowi tertulis Drs. Joko Widodo. Sementara saat Jokowi ke Jakarta gelar akademiknya berubah menjadi Insinyur (Ir). Sejak itu kita tidak pernah mendengar lagi Drs. Jokowi.
Dalam potret yang dibagikan ulang oleh akun X @JosiTama27213 pada 11 Mei 2024, memperlihatkan foto ketika Jokowi berkunjung ke PT. Sritex Sukoharjo. Tertulis kunjungan Walikota Solo ke PT. Sritex Sukoharjo, Bapak Drs. Joko Widodo, Sukoharjo 20 September 2006.
Potret lawas Jokowi saat menjabat Wali Kota Solo tentu saja menarik perhatian publik karena gelar yang tertulis doktorandus (Drs) bukan Insinyur (Ir).
Dalam potret yang dibagikan ulang oleh akun X @DoankWarto seperti dilansir suara.com memperlihatkan foto yang sama. Ketika Jokowi berkunjung ke PT. Sritex Sukoharjo. Saat masih menjadi Walikota Solo.
Foto lawas Jokowi di PT. Sritex menambah keraguan validitas gelar akademik Jokowi. Doktorandus atau Insinyur? Gelar doktorandus dan Insinyur terakhir digunakan pada tahun 1993. Setelahnya diganti sesuai jurusan atau fakultas yang diambil. Misal gelar Sarjana Kehutanan menjadi S.Hut atau Sarjana Ekonomi (SE) bagi lulusan Fakultas Ekonomi.
Pertanyaannya, mengapa Jokowi tiba-tiba memiliki gelar Insinyur ketika menjadi Presiden Indonesia dua periode. Sehingga menimbulkan polemik hingga hari ini. Sementara saat menjabat Walikota Solo Jokowi bergelar Doktorandus (Drs). Inilah yang memicu keraguan publik atas keaslian ijazah Jokowi.
Kejadian lucu kemarin (16/4) ketika tiga orang pendekar hukum dari Tim Pembela Ummat dan Aktivis (TPUA) yang diwakili Rizal Fadillah, Kurnia Tri Royani dan Damai Hari Lubis bertemu Jokowi di kediaman pribadi Jokowi di kawasan Sumber, Solo. Jokowi enggan menunjukkan ijazah asli kepada tiga orang perwakilan TPUA dengan dalih tidak ada kewajiban dirinya terhadap TPUA untuk menunjukkan ijazah asli.
Anehnya, saat bertemu wartawan, Jokowi menunjukkan ijazah SD, SMP, SMA dan UGM. Entah asli atau palsu. Hanya saja wartawan dilarang memfoto ijazah Jokowi. Mungkin Jokowi takut foto ijazahnya diteliti oleh ahli forensik digital. Belum lagi Jokowi pernah bergelar doktorandus. Makin rumit bagi Jokowi dalam menghadapi masalah keaslian ijazah.
Meski UGM, Tim Hukum Jokowi maupun Jokowi sendiri mengklaim ijazahnya asli. Bahkan menantang di Pengadilan. UGM, Tim Hukum dan Jokowi yakin bakal menang di Pengadilan. Maklum jual beli vonis tengah marak. Baru-baru ini tiga hakim ditangkap karena kasus jual beli vonis. Termasuk hakim Tom Lembong yang ditangkap karena suap jual beli vonis. Tom Lembong masih terdakwa, hakim Tom Lembong sudah terlebih dulu dipenjara karena korupsi.
Jual beli vonis termasuk vonis hakim yang mengadili kasus ijazah aspal (asli tapi palsu) Jokowi. Hakim dan Pengadilan bisa Drs. Jokowi eh Ir. Jokowi atur. Ijazah Ir. Jokowi asli. Jokowi menang di Pengadilan Indonesia. Bakal kalah di Pengadilan Akhirat karena hakimnya tidak bisa Jokowi atur dan sogok.
Bandung, 18 Syawal 1446/17 April 2025
Tarmidzi Yusuf, Kolumnis