Erick Thohir Buka Kongres Biasa PSSI, Pamer Capaian 2 Tahun: Belum Saatnya Berpuas Diri

Ketua Umum (Ketum) PSSI Erick Thohir akhirnya resmi membuka Kongres Biasa PSSI 2025 di Hotel Ritz-Carlton Jakarta, Rabu (4/6/2025).

Dalam kongres tersebut turut hadir beberapa jajaran petinggi atau perwakilan AFC hingga FIFA termasuk juga Komite Olimpiade Indonesia (KOI) hingga KONI. Hadir pula jajaran Exco PSSI dan para voters atau perwakilan klub.

Dalam sambutannya, Etho sapaan akrab Erick Thohir menyoroti capaian PSSI selama dalam dua tahun terakhir. Ia menyebut sederet prestasi membanggakan telah diraih, meski hal itu tak lantas membuat federasi cepat merasa puas.

“Saya rasa hasilnya Alhamdulillah. Hasilnya sesuatu yang mungkin kami tidak pernah bayangkan sebelumnya. Tetapi tentu kami tidak bisa berpuas diri di sini,” ujar pria yang akrab disapa Etho itu.

Etho menegaskan, PSSI akan terus melakukan perbaikan dan perubahan demi kemajuan sepak bola Indonesia. Menurutnya, tak ada ruang untuk terlena, terlebih negara-negara lain juga tengah berlomba menunjukkan kemajuan.

“Saya tidak segan-segan mengucapkan terima kasih kepada FIFA. Di mana di banyak kegiatan FIFA selalu bilang Indonesia menjadi salah satu contoh yang bagus. Tapi artinya semua negara ingin bersaing sama kita,” kata dia

“Kalau kita berpuas diri, kita jalan seperti hari ini, mohon maaf, gambar-gambar tadi di video akan sirna tahun depannya. Artinya kita harus konsolidasi, kita harus bangkit lagi,” tegasnya lagi.

Menurut Etho, Kongres ini menjadi momentum yang tepat untuk menyatukan pikiran dan niat, tak lain demi memperbaiki dan memajukan sepak bola Indonesia.

Satu per satu, kata dia sudah mulai tertata rapi. Termasuk Timnas Indonesia yang sudah memiliki strata atau tingkatan, hingga kompetisi domestik yang sudah memiliki Video Assistant Referee (VAR).

“Dari U-17, U-20, U-23 sampai senior. Dan para pelatihnya kelas dunia. Kita akan create talent pool buat tim nasional kita,” bebernya.

Menurut Etho, kesinambungan dalam tubuh Tim Nasional menjadi faktor krusial untuk mempercepat proses regenerasi pemain.

Ia mencontohkan beberapa negara Eropa yang sempat gagal melakukan regenerasi, hingga akhirnya mengalami kesulitan membangun kembali tim yang kompetitif.

“Nah di sinilah kenapa tim nasional jangan dilihat kemewahannya. Tapi juga komitmen para individu yang ada di tim nasional mau bantu Indonesia. Mereka datang di sini dengan tangan terbuka karena mereka yakin Indonesia bisa,” ucapnya.

Lebih jauh, membangun Tim Nasional kata Etho tidak cukup hanya pada prianya saja, melainkan juga tim wanitanya. Ini penting agar tidak ada prasangka atau standar ganda dalam proses pembangunan tim nasional, siapa pun yang terlibat.

“Kami bangun wanitanya. Banyak yang pesimis, hasilnya ada. Dan tidak ada prejudism Dalam membangun tim pria atau wanita, kami samakan standarnya. Kesempatan ada,” ucap dia.(Sumber)