News  

Semangat Pak Guru Hikmat, Ajar Siswa SLB Negeri Batang Gunakan Skateboard

Pak Hikmat, Guru Difabel yang Mengajar di SLB Negeri Batang

Memiliki keterbatasan fisik pasti bukanlah hal mudah bagi orang yang memilikinya. Keterbatasan fisik juga sering menjadi alasan orang untuk menyerah pada keadaan.

Namun tidak dengan guru tunadaksa yang mengajar di SLB Negeri Batang, Jawa Tengah. Adalah Mohamad Hikmat, lelaki yang berasal dari Sukabumi ini tidak memiliki kedua kaki.

Untuk berjalan, dia harus menumpangkan tubuhnya ke atas skateboard dan mengayunkan dengan kedua tangannya agar bisa berpindah tempat. Namun dengan keterbatasan fisik itu, tidak menyurutkan semangatnya dalam mengajar anak-anak dengan tuna grahita C1.

Wajahnya selalu tersenyum, seolah memancarkan energi positif dan penuh optimis. “Kondisi saya tidak menghambat apapun saya masih bisa beraktifitas seperti orang normal lainnya,” ujar lelaki yang akrab disapa Hikmat itu saat ditemui, Senin (25/11/2019).

Hikmat memilih skateboard menjadi alat bantu utama dalam menunjang kegiatan sehari-harinya. Alasannya, dengan menggunakan skateboard dia tidak perlu bantuan orang, lebih fleksible, dan lebih efektif.

“Saya belajar skateboard sejak SMP diajari oleh sepupu saya yang sudah mahir bermain skateboard, karna nyaman dan sangat membantu saya akhirnya saya lebih memilih menggunakan skatebord,” terangnya. .

Lelaki lulusan Universitas Islam Nusantara Bandung 2017 dengan jurusan Pendidikan Luar Biasa itu juga sangat telaten dan sabar dalam mengajar, hal itu terlihat saat dia berinteraksi dengan muridnya.

Menjadi seorang guru memang sudah menjadi keinginannya sejak kecil. Bahkan dari lulus SMA pun dia sudah mengajar di sebuah sekolah luar biasa di Cimahi, sambil meneruskan pendidikan kuliahnya.

“Saya mulai mengajar sejak tahun 2012 waktu itu saya mengajar kesenian di SLB sampai sekarang saya sangat menikmati menjadi guru,” tuturnya.

Menurutnya menjadi guru SLB memiliki tantangan yang tidak hanya pada murid tetapi juga harus memberikan pengertian dan pemahaman ke orang tua.

“Beda dengan guru lainnya, tantangan seorang guru SLB juga harus bisa memberikan arahan dan kerjasama dan komunikasi dengan orang tua agar apa yang diajarkan juga bisa berjalan di rumah,” ujar lelaki yang gemar bermain musik itu.

Hikmat yang berstatus CPNS sejak 2018 itu pun ingin menularkan semangat dan motivasi kepada kaum disabilitas lainnya bahwa keterbatasan fisik bukan halangan untuk bisa meraih masa depan dan cita-cita.

“Saya memiliki keterbatasan dari lahir, karna ada hambatan saat pengembangan janin tapi saya anggap ini adalah skenario dari Allah.

Bertambah usia banyak hikmahnya, alhamdulillah diterima menjadi cpns formasi disabilitas, pesan saya kepada kaum disabilitas jangan menjadikan keterbatas untuk tidak mampu tapi jadikan sebagai peluang,” imbuhnya.

Dan di hari guru ini, dia juga berpesan kepada semua guru untuk menjadi sosok sahabat untuk siswa.

“Saya harap guru bisa jadi sosok sahabat utk siswa, tidak terlalu ororiter tapi tegas agar kehadirannya dirindukan dan diharapkan siswa itu yg saya selalu coba kalau Ilmu itu fluktuatif, dan guru harus cerdas, kreatif dan mengajar pakai hati yang ikhlas,” pungkasnya. {tribun}