Meutya Hafid Resmikan Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa di Surabaya

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) meresmikan Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa (GLSP) di Aula Lt. 11 Gedung Rektorat Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Kampus Lidah Kulon, Surabaya, Kamis (6/2/2020).

Peresmian yang dilakukan Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid ini lewat kegiatan seminar literasi media.

Tujuannya untuk menguatkan hak publik atas pengawasan dan peningkatan kualitas siaran televisi dan radio.

Kegiatan gerakan literasi ini dihadiri peserta dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, dosen, dinas pendidikan, perwakilan ormas, media, hingga pemerhati media. Total 300 lebih peserta hadir sejak pukul 09.00

Komisioner KPI Pusat Bidang Kelembagaan, Nuning Rodiyah mengatakan, gerakan ini bertujuan mengajak pemirsa untuk lebih kritis menanggapi pesan media melalui televisi dan radio.

“Apa yang disampaikan oleh media itu tidaklah bebas nilai. Masyarakat harus punya keterampilan dalam mengkonsumsi media, sehingga tidak mudah dipengaruhi jika muatan media yang hadir tidak sesuai dengan norma yang ada di tengah masyarakat,” kata Nuning.

Sementara Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid mengatakan, kemajuan teknologi informasi termasuk teknologi penyiaran harus dibarengi dengan pendidikan atau literasi di dalamnya, sehingga industri penyiaran dapat bertahan.

“Kreativitas dan berkualitas menjadi kunci utama bagi industri penyiaran untuk bertahan. Jika melihat sosial media memang mereka menghibur akan tetapi dari segi kualitas, misalnya informasi yang beredar belum terverifikasi dengan benar,” kata Meutya Hafid.

Sebelumnya literasi sudah menjadi kegiatan rutin KPI melalui seminar di berbagai daerah yang mengikutsertakan berbagai elemen masyarakat, baik dari kalangan perguruan tinggi, organisasi kepemudaan ataupun organisasi masyarakat lainnya.

KPI ikut menggandeng pengelola televisi dan radio untuk ikut serta dalam Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa, hari ini KPI menghadirkan artis senior Deddy Mizwar.

“Saya berharap dapat menginspirasi para pelaku industri penyiaran untuk ikut serta membuat siaran yang berkualitas di tengah masyarakat,” kata Deddy.

Sementara itu, mahasiswa sangat mengapresiasi dan ingin ikut bersama-sama mengawal dengan keterampilan literasi.

“Kegiatan ini membuat kami lebih mengerti bagaimana gerakan literasi dari KPI, sehingga kami mahasiswa dapat berinergi melindungi bangsa ini dari konten-konten negatif seperti hoax, pornografi, dan kekerasan sebagai resiko dari kemajuan teknologi,” kata Ichda mahasiswa semester 2 Universitas Negeri Surabaya. [surya]