Ormas Gerakan Rakyat baru berdiri belum satu tahun. Tepatnya 6 bulan lalu, awal November 2024 Ormas Gerakan Rakyat resmi berdiri setelah pimpinan simpul relawan Anies Baswedan menyepakati Gerakan Rakyat yang pernah menjadi program unggulan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar itu bertransformasi menjadi organisasi masyarakat.
Selama 6 bulan sejak Sahrin Hamid dipilih secara aklamasi hingga hari ini Ormas Gerakan Rakyat sudah ada di 38 propinsi. Bahkan Ormas Gerakan Rakyat sudah ada yang terbentuk hingga kecamatan dan desa di seluruh Indonesia.
Cepatnya pergerakan Ormas Gerakan Rakyat hingga sudah menyentuh level kecamatan dan desa tidak terlepas dari kerja-kerja Gerakan Rakyat yang resmi diumumkan sebagai program Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar pada 4 November 2023 di sebuah hotel di Bogor, Jawa Barat.
Tentu saja ini kabar gembira bagi pendukung Anies Baswedan selaligus menjadi peluang dan tantangan bagi pendukung Anies Baswedan. Peluang agar dapat berkiprah lebih nyata di pemilihan umum tahun 2029.
Tantangan tentu saja tidak mudah bagi Ormas Gerakan Rakyat andai kembali bertransformasi menjadi partai politik. Nama besar Anies Baswedan sebagai magnet elektoral harus dikelola sebaik mungkin agar Ormas Gerakan Rakyat andai bertransformasi menjadi Partai Gerakan Rakyat mengirim kader-kadernya ke DPR.
Tidak mudah bagi Ormas Gerakan Rakyat andai bertransformasi menjadi Partai Gerakan Rakyat dapat mengutus kader-kadernya ke parlemen. Butuh soliditas dan logistik. Tidak itu saja, kepandaian dalam mengolah isu agar Partai Gerakan Rakyat mendapat simpati publik.
Kita bisa mengambil contoh suksesnya Partai Demokrat dan Partai NasDem yang langsung lolos ke parlemen. Kita juga bisa mengambil pelajaran amat berharga dari kegagalan Partai Perindo dan Partai Ummat lolos ke parlemen.
SBY dan Partai Demokrat dapat mengkapitalisasi isu pendzaliman oleh rezim yang berkuasa ketika itu menjadi suara. Partai Demokrat lolos, SBY pun menang Pilpres pertama secara langsung dipilih rakyat tahun 2004 lalu.
Demikian pula dengan Surya Paloh dan Partai NasDem. Ia berhasil mendompleng popularitas Jokowi dan membuat tagline yang ketika itu asing kita dengar, politik tanpa mahar.
Siapa yang menyangsikan logistik tak berseri yang dimiliki Hary Tanoesudibjo, Ketua Umum Partai Perindo. Padahal ia konglomerat media. Kampanye tiada henti di stasiun televisi yang dimiliki Hary Tanoesudibjo. Tetap saja Partai Perindo gagal.
Selain ketokohan Hary Tanoesudibjo tak sekuat SBY di Partai Demokrat dan Partai NasDem dengan Surya Paloh. Partai Perindo dinilai terlalu elitis dan tidak bisa tembus ke grassroots (akar rumput).
Lain dengan Partai Ummat. Meski ada tokoh sekaliber Amien Rais tetap saja Partai Ummat gagal lolos ke parlemen. Ketokohan Amien Rais tidak mampu menjadi magnet elektoral bagi kader-kader Partai Ummat. Tetap saja dilapangan “wani piro” menjadi isu ditengah minimnya logistik kader-kader Partai Ummat selain nama besar Amien Rais telah kehilangan momentum.
Ketokohan, popularitas dan elektabilitas Anies Baswedan merupakan modal dasar bagi Ormas Gerakan Rakyat sekali lagi andai bertransformasi menjadi Partai Gerakan Rakyat untuk leading di Pemilu 2029.
Ormas Gerakan Rakyat andai bertransformasi menjadi Partai Gerakan Rakyat setidaknya bisa belajar dari SBY dengan Partai Demokrat. Ada kesamaan antara SBY dan Anies Baswedan. Sama-sama didzalimi.
Sedangkan isu populis lainnya Ormas Gerakan Rakyat andai bertransformasi menjadi Partai Gerakan Rakyat bisa meniru kampanye Partai NasDem. Meski tidak punya stasiun televisi. Bisa menciptakan jargon politik populis tanpa mahar politik seperti Partai NasDem awal-awal berdiri.
Momentum ada. Magnet elektoral pun ada, Anies Baswedan. Publik menanti. Anies Baswedan yang dinanti-nanti dan didoakan menjadi Presiden RI ke-9 dapat menyelamatkan Indonesia dari kehancuran. Dan itu tidak terlepas dari perjuangan teman-teman di Ormas Gerakan Rakyat andai bertransformasi menjadi Partai Gerakan Rakyat.
Wallahua’lam bish-shawab
Bandung, 16 Dzulhijjah 1446/12 Juni 2025
Tarmidzi Yusuf, Kolumnis