News  

Uni Eropa Selidiki Temuan Radang Ginjal Dampak Vaksin Pfizer dan Moderna

Regulator obat Uni Eropa atau EMA sedang mempelajari efek samping suntikan vaksin virus corona merek Pfizer dan Moderna. Sebanyak tiga kondisi baru dilaporkan sejumlah kecil orang usai menerima vaksin-vaksin tersebut.

Kejadian ikutan pasca imunisasi atau KIPI yang muncul adalah eritema multiforma, glomerulonefritis, dan sindrom nefrotik. Melansir Reuters, Kamis (12/8), gejala pertama adalah suatu bentuk reaksi alergi pada kulit.

Lalu, glomerulenfritis adalah radang ginjal. Dan terakhir, merupakan gangguan ginjal yang ditandai dengan kehilangan protein urine.

Pfizer merupakan pemasok terbesar vaksin Covid-19 ke Uni Eropa. EMA mencatat ada lebih dari 330 juta dosisi vaksin Pfizer yang dikembangkan BioNTech, Jerman. Lalu, lebih dari 43,5 juta dosisi vaksin Moderna telah diberikan ke wilayah ekonomi Benua Biru per 29 Juli.

Pada bulan lalu, EMA menemukan kemungkinan hubungan antara peradangan jantung yang sangat langka dan vaksin mRNA.

Teknologi ini yang dipakai oleh kedua vaksin tersebut, yaitu dengan memakai versi sintetis molekul virus SARS-CoV-2 alias Covid-19 yang disebut messenger RNA atau mRNA.

Di tengah kabar tersebut, regulator Eropa dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tetap menekankan manfaat vaksin masih jauh lebih besar daripada risikonya.

EMA tidak memberikan rincian berapa banyak kasus dengan KIPI terbaru tersebut. Namun, regulator telah meminta lebih banyak data dari perusahaan.

EMA juga tidak merekomendasikan perubahan pada pelabelan vaksin. Regulator ini juga berencana menambahkan gangguan menstruasi sebagai kondisi yang sedang dipelajari untuk vaksin, termasuk merek AstraZeneca dan Johnson & Johnson.

Pfizer mengatakan sedang menangani kejadian buruk yang berpotensi terkait dengan vaksin buatannya.

“Kami memantau dengan cermat semua peristiwa semacam itu dan mengumpulkan informasi yang relevan untuk dibagikan dengan otoritas pengatur global,” kata pernyataan perusahaan, dikutip dari Fiercepharma.com, pada Rabu lalu.

Sedangkan Moderna belum memberikan pernyataan resminya. Sejak vaksin mRNA mendapat otorisasi pada Desember 2020, secara umum programnya terus berjalan.

Pada Juli 2021, otoritas obat Amerika Serikat atau FDA telah mewajibkan Pfizer dan Moderna untuk memberikan peringatan tentang kasus peradangan jantung yang jarang terjadi pada label vaksinnya.

Lalu, di bulan yang sama, EMA juga mempelajari kemungkinan yang sama. Kedua pengawas masih menyimpulkan manfaat vaksin jauh lebih besar daripada risikonya.

Vaksin Moderna Ungguli Pfizer

Sejumlah penelitian membeberkan sebuah hasil baru terkait efektivitas vaksin Covid-19. Temuan tersebut menilai kinerja vaksin Moderna lebih efektif dibandingkan vaksin Pfizer dalam melawan Covid-19 varian Delta.

Terdapat dua laporan yang dipublikasikan oleh medRxiv, pada Minggu lalu yang menunjukkan keunggulan Moderna dibandingkan Pfizer. Berdasarkan penelitian pertama yang dilakukan pada 50 Ribu pasien di Mayo Clinic Health System, ditemukan kedua vaksin ini mengalami penurunan efektivitas.

Namun, kedua vaksin tetap efektif untuk mencegah rawat inap Covid.

“Suntikan booster Moderna mungkin diperlukan bagi siapa saja yang mendapatkan vaksin Pfizer atau Moderna pada awal tahun ini,” kata pemimpin studi penelitian Mayo Clinic, Dr Venky Soundararajan seperti dikutip Reuters.

Pada penelitian tersebut, tingkat efektivitas kedua vaksin diukur menggunakan periode yang sama, yakni dari awal tahun hinggaJuli 2021.

Dari riset tersebut, vaksin Moderna memiliki kadar efektivitas setinggi 76% pada Juli lalu, atau terjadi penurunan efektivitas sebesar 10% dibandingkan pada awal tahun 2021 yang mencapai 86%.

Sedangkan untuk efektivitas vaksin Pfizer hanya mencapai 42% saja. Angka efektivitas ini juga menurun 34% pada periode yang sama.

Studi kedua, yang dilakukan terhadap penghuni panti jompo di Ontario, Kanada, menunjukkan respons kekebalan yang lebih kuat setelah menerima vaksin Moderna dibandingkan Pfizer.

Pemimpin penelitian Ontario dari Lunenfeld-Tanenbaum Research Institute, Anne-Claude Gingras mengatakan orang tua mungkin memerlukan dosis vaksin yang lebih tinggi atau booster serta pencegahan lainnya. {katadata}