News  

Drama Kebangkrutan, Rizal Ramli: Saat Pembangunan Mark Up 150 Persen, Saat Dijual Didiskon

Pembangunan infrastruktur yang dikerjakan di era Presiden Joko Widodo dinilai aneh. Khususnya dalam hal pembiayaan dan pertimbangan untung rugi.

Salah satu yang menjadi sorotan saat ini adalah pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung, yang estimasi anggarannya membengkak hingga Rp 27 triliun.

Sebelum ini, publik juga dikejutkan dengan penjualan Tol Cibitung-Cilincing yang dijual Rp 2,44 triliun. Harga jual itu dinilai murah lantaran biaya konstruksi mencapai Rp 10,8 triliun.

Atas fenomena tersebut, ekonom senior DR. Rizal Ramli berkesimpulan bahwa dalam pembangunan proyek ada semacam kebiasaan “me-mark-up” anggaran. Sementara setelah proyek jadi, proyek langsung dijual dengan harga diskon.

“Pada saat pembangunan di mark-up 130 persen hingga 150 persen, waktu dijual didiscount,” tutur Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur kepada wartawan, Senin (11/10).

Menurutnya, fenomena ini membuat negara menanggung rugi berkali lipat. Hal tersebut tentu berbanding terbalik dengan kondisi masyarakat yang sedang kesusahan. Apalagi setelah badai pandemi menyerang.

“Kelola negara ngajak bangkrut, padahal rakyat lagi susah. Tragedi drama kebangkrutan. Masih bisa eling ndak sih?” tutupnya. {rmol}