Demokrat: Kenapa Seakan Perang Antara Jokowi-Prabowo Mau Diwariskan ke Ganjar-Anies?

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendrta Putra saat ditemui di Menara Kompas, Rabu (15/6/2022).(KOMPAS.com / IRFAN KAMIL)

Koordinator Juru Bicara DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mempertanyakan rencana duet Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Sebab, menurut dia, wacana yang digulirkan oleh Partai Nasdem itu justru memunculkan pertanyaan ihwal penyebab keterbelahan publik pada dua pemilu lalu, alih-alih menjadi solusi untuk menghilangkan polarisasi.

“Sama saja kita menuduh sosok yang dipasangkan itu dan para pendukungnya sebagai sumber polarisasi,” kata Herzaky kepada Kompas.com, Senin (27/6/2022).

Ia menambahkan, polarisasi di masyarakat berawal ketika pada Pilpres 2014 hanya diikuti oleh dua pasangan calon, yakni Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Hal ini kembali berlanjut kala Jokowi dan Prabowo kembali bertarung pada Pemilu 2019 dengan pasangan berbeda.

“Mengapa seakan perang di antara Jokowi dan Prabowo seakan mau diturunkan ke Ganjar dan Anies? Siapa yang sebenarnya mendapat untung dari polarisasi selama 2014 dan 2019? Pihak mana? Tokoh mana?” papar dia.

Herzaky pun mengingatkan semua pihak untuk berhati-hati karena ada kelompok-kelompok yang diduga menginginkan keterbelahan itu terjadi.

Ia menegaskan, Partai Demokrat konsisten untuk melawan wacana-wacana tersebut.

“Demokrat seperti yang ditegaskan Ketum AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) di berbagai kesempatan, bakal berjuang melawan pihak-pihak yang melanggengkan keterbelahan masyarakat.

Agar polarisasi tak lagi dapat tempat di (Pilpres) 2024),” pungkas dia. Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali menjelaskan, alasan wacana itu dilontarkan oleh Surya Paloh.

Ia mengeklaim, ada kelompok kanan dan nasionalis yang mesti disatukan pemikirannya melalui pencalonan Anies dan Ganjar.

Sebab, perpecahan akibat Pilpres 2014 dan 2019 tak hanya terjadi di level elite, tetapi sampai ke kelompok masyarakat paling kecil, yaitu keluarga. “Kalau tidak diperbaiki, akan menjadi masalah besar,” sebut Ali.(Sumber)