Tekno  

Siapa Sosok di Balik Hacker Bjorka? Apa Pesan Yang Ingin Disampaikan?

Hacker dengan pseudonim Bjorka akhir-akhir ini mengisi headline berita. Sejak kemunculannya di forum hacker Agustus lalu, Bjorka bertanggung jawab menyebar data 1,3 miliar data kartu SIM, data pengguna IndiHome, data KPU, hingga data transaksi dokumen dan surat kepresidenan.

Bjorka juga membuat grup Telegram dan akun Twitter. Per Senin (12/9) grup Telegram tersebut mencapai 24 ribu lebih. Akun Twitter pertamanya @bjorkanism sempat menyentuh 120 ribu pengikut lebih sampai akhirnya ditangguhkan per Minggu (11/9).

Di grup Telegram, Bjorka membocorkan data pribadi Menkominfo Johny G. Plate, Dirjen Aptika Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan, Ketua DPR RI Puan Maharani, Menteri BUMN Erick Thohir, Menkomaves Luhut Binsar Pandjaitan, hingga Denny Siregar. Bjorka menulis sepatah dua patah caption ketika mengunggah data pribadi figure pejabat tersebut.

Misalnya “Happy Birthday” ketika memposting data Johnny G. Plate, dan “gm” (selamat pagi) ketika memposting data Semuel. Namun ketika memposting data Puan Maharani dan Erick Thohir, Bjorka menulis agak panjang.

“Apa kabar nyonya? Bagaimana rasanya merayakan ulang tahun ketika banyak orang memprotes harga BBM tepat di depan kantor Anda?” tulisnya ketika mengunggah data milik Puan.

“Apa kabar pak? Anda harus bekerja daripada berkeliling melakukan hal-hal yang tidak penting. Percayalah, Anda tidak akan pernah menjadi presiden, jangan buang waktu Anda. Apakah Anda tidak peduli dengan harga bahan bakar saat ini?” lanjut Bjorka ketika mengunggah data milik Eric Thohir.

Anehnya, ia juga menulis panjang untuk Denny Siregar. Bjorka menulis Denny menggunakan uang pajak untuk memecah belah masyarakat Indonesia. Pertanyaannya, darimana Bjorka bisa menyimpulkan ini?

“Bagaimana rasanya hidup menggunakan uang pajak dari orang Indonesia tetapi Anda menggunakan internet untuk mempolarisasi masyarakat?” tulis Bjorka.

Siapakah Bjorka dan apa motifnya?
Bjorka, layaknya hacker lain yang mengunggah data di forum hacker, menukar data yang mereka dapatkan dengan uang.

Ketika menyebar data IndiHome, Bjorka meminta bayaran senilai 50 ribu dolar AS atau sekitar Rp 742 juta (kurs Rp 14.844). Kemudian ketika membocorkan data KPU, Bjorka memasang tarif senilai 5 ribu dolar AS atau sekitar Rp 74 juta.

Motif cuan Bjorka sementara berhenti di data KPU tersebut. Pasalnya, data bocor yang lain seperti IndiHome, dan log surat dan dokumen kepresidenan, Bjorka tidak menjualnya dan bebas di-download pengguna situs yang memiliki token ‘Credit’. Credit ini bisa didapat dengan keaktifan di forum atau bisa juga dibeli.

Selepas kebocoran masif kartu SIM itu pula, Bjorka semakin vokal di grup telegram dan Twitternya. Beberapa kali ia mengungkap sedikit latar belakang dan motifnya mengobrak-abrik keamanan siber Indonesia.

Ketikan Bjorka setelah itu langsung berkaitan dengan politik. Mulanya ia mengangkat politik orde baru yang mempengaruhi hidup sosok yang ia kenal dekat.

Di akun Twitter lamanya yang sudah ditangguhkan tersebut, Bjorka mengatakan punya seseorang asal Indonesia yang mengayominya sejak lahir di Warsawa, Polandia.

Orang tersebut, dijelaskan oleh Bjorka, adalah eksil yang tidak bisa tinggal di Indonesia karena perubahan politik 1965.

“Saya hanya ingin menunjukkan betapa mudahnya bagi saya untuk masuk ke berbagai pintu karena kebijakan perlindungan data yang buruk. Apalagi jika dikelola oleh pemerintah. Saya punya teman baik orang Indonesia di Warsawa, dan dia bercerita banyak tentang kekacauan di Indonesia ini. Aku melakukan ini untuknya,” ungkapnya melalui akun Twitter, Minggu (11/9).

“Ya jangan coba-coba melacaknya dari Kementerian Luar Negeri. Karena Anda tidak akan menemukan apa pun. Ia tidak lagi diakui oleh Indonesia sebagai warga negara karena kebijakan 1965. Meskipun dia adalah orang tua yang sangat pintar.”

Sebagai konteks, Setelah peristiwa G30S/PKI dan Soeharto naik tahta, banyak sarjana yang disekolahkan ke luar negeri pada jaman Soekarno, tidak bisa pulang ke Indonesia. Paspor mereka dicabut dan tidak dianggap sebagai penduduk Indonesia.

Lebih lanjut, Bjorka menjelaskan, sebelum meninggal, orang tersebut ingin sekali memajukan teknologi di Indonesia. Namun ia telah meninggal tahun lalu dan tidak sempat mewujudkan mimpinya. Di sini Bjorka mengatakan bahwa ia melakukan ‘perannya’ atas mimpi orang tua tersebut.

“Dia meninggal tahun lalu. Orang tua ini telah merawat saya sejak saya lahir. Dia ingin kembali dan melakukan sesuatu dengan teknologi meskipun dia melihat betapa sedihnya menjadi seorang Habibie. Dia tidak punya waktu untuk melakukannya sampai dia akhirnya mati,” ungkapnya, Minggu (11/9).

“Sepertinya dipersulit untuk melanjutkan mimpinya dengan cara yang benar, jadi saya lebih suka melakukannya dengan cara ini. kita punya tujuan yang sama, agar negara di mana dia lahir bisa berubah menjadi lebih baik. Senang bertemu kalian.”

Kembali ke caption yang Bjorka tulis, Bjorka tampaknya paham dengan politik Indonesia sehingga dengan sadar mem-posting data pribadi milik Puan bahkan Denny Siregar. Namun masih sedikit informasi yang didapat terkait hal ini. Apakah Bjorka aslinya adalah orang Indonesia?

Bjorka, bukan warga Polandia tapi Indonesia?

Selain pemahaman Bjorka soal politik Indonesia yang tampaknya cukup mendalam, ada pendapat lain bahwa tulisan bahasa Inggris yang digunakan oleh Bjorka identik dengan pola yang dituturkan oleh orang Indonesia.

“Melihat lexicon (collections of words) yang dipakai Bjorka, saya cukup yakin bahwa dia adalah orang Indonesia. Penggunaaan double conjunction “because since” setelah tanda titik “.” Ini adalah tipikal khas orang Indonesia untuk menulis B. Inggris dengan style ‘Indoglish,” tulis Angelina Dea, seorang proofreader dan translator Inggris-Indonesia.

Angelina menambahkan analisa terkait tulisan Bjorka. Beberapa kata yang digunakan Bjorka lumrah ditemukan di terjemahan. Selain itu, Bjorka banyak salah dalam menggunakan tenses.

“Dalam B. Inggris, untuk menceritakan orang yang sudah meninggal, orang akan otomatis menggunakan ‘past tense’ karena mereka sudah tidak ada di dunia ini.”

Angelina menilai bahwa pola kalimat bahasa Inggris Bjorka memiliki kesamaan dengan orang Indonesia yang menggunakan bahasa Inggris, dengan verb dan bahasa Inggris yang selalu tercampur.

Meskipun begitu, tetap tidak ada informasi lain yang bisa digali terkait latar belakang Bjorka. Mengutip pernyataan Menkominfo beberapa hari lalu, hacker tidak patut dijadikan pahlawan karena melakukan tindakan ilegal.
(Sumber)