Tekno  

Mampukah e-Commerce Singapura Ini Ganggu Tokopedia dan Bukalapak?

Qoo10, e-commerce yang berkantor pusat di Singapura, dilaporkan sukses menjadi toko online paling populer di Negeri Singa, mengalahkan nama-nama besar seperti Lazada dan Shopee. Satu yang menarik, ia juga sudah ada di Indonesia sejak 2012, dan kini siap mengancam Tokopedia hingga Bukalapak.

Qoo10 sendiri adalah joint venture yang dibentuk oleh seorang pengusaha Korea Selatan bernama Ku Young-bae dengan e-Bay. Walau sudah satu dekade berjalan, Qoo10 bisa dibilang masih kecil dibandingkan oleh Lazada dan Shopee dari jumlah pendanaan dan karyawan yang dimilikinya.

Sejak berdiri, Qoo10 hanya mendapat suntikan dana USD 230 juta dari investor. Angka tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan nominal yang telah dikumpulkan oleh Lazada sejak 2013, yakni USD 4 miliar. Sedangkan Shopee baru saja mengoleksi USD 1,5 miliar pada babak pendanaan Maret lalu.

Lalu, Qoo10 hanya memiliki 600 orang karyawan. Sedangkan Lazada dan Shopee masing-masing mempunyai sumber daya manusia lebih dari 8.000 jiwa, yang tersebar di negara-negara operasionalnya, sebagaimana dikutip dari detikINET , Senin (20/5/2019).

Meski demikian, Qoo10 baru-baru ini didapuk sebagai situs e-commerce paling populer di Singapura. Sepanjang Kuartal I 2019, ia memiliki hampir 8 juta pengunjung, meninggalkan Lazada yang dikunjungi 7,4 juta pengunjung dan Shopee dengan 2,5 juta pengunjung.

Kisah sukses di Singapura tentu menjadi modal Qoo10 di Indonesia. Di sini, Tokopedia dan Bukalapak masih terdepan dilihat dari jumlah kunjungan yang didapat.

Berdasarkan data iPrice, per Kuartal I 2019, secara berturut-turut e-commerce besutan William Tanuwijaya dan Achmad Zaky itu masing-masing memiliki kunjungan bulanan sebesar 137 juta dan 115 juta. Sedangkan Qoo10 hanya dikunjungi 339 ribu kali per bulannya, membuatnya menduduki peringkat ke 30 dalam daftar tersebut.

Sedangkan jika dilihat dari jumlah karyawan pun, Qoo10 juga masih sangat kecil di sini. Masih berdasarkan data dari iPrice, mereka cuma punya 54 pegawai di sini, sedangkan Tokopedia dan Bukalapak sama-sama memiliki lebih dari 2.500 karyawan.

Meski demikian, hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa mereka bisa mengulangi kisah suksesnya di Singapura. Sarah Cheah, professor di National University of Singapore Business School, mengatakan resep sukses dari Qoo10 adalah kemampuan mereka dalam mengedepankan sifat lokal.

“Mereka mulai sebagai pemain lokal, keunggulannya adalah mereka familiar dengan konsumen lokal dan preferensinya. Untuk perusahaan kecil seperti mereka, mereka lebih bersedia untuk melayani pesanan dalam jumlah lebih kecil dan menggandeng mitra yang ukurannya juga masih kecil,” tuturnya.

Di sini, UMKM tentu menjadi ‘barang panas’ yang memang tidak bisa ditinggalkan begitu saja oleh e-commerce. Tokopedia dan Bukalapak sendiri memang sudah jor-joran untuk menggandeng mereka.

Selain itu, Ku juga optimis dengan pertumbuhan e-commerce besutannya. Ia juga sudah menjual Qoo10 Jepang untuk bisa lebih fokus di Asia Tenggara. Bahkan, dirinya juga sudah ada rencana untuk melakukan IPO pada 2021 mendatang.

Menarik untuk ditunggu bagaimana kiprah dari Qoo10 ke depan di Indonesia. Menurut kamu, bisakah ia merangsek ke papan atas dalam peta persaingan e-commerce di Tanah Air? [detik]