Bobby Rizaldi Usai Sekjen PDIP Samakan Gibran Dengan Sopir Truk: Keterlaluan! Merendahkan Martabat

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dihujani beragam kritik usai menyamakan wakil presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka dengan sopir truk tersangka kecelakaan di gerbang tol (GT) Halim.

Ketua DPP Partai Golkar, Bobby Rizaldi menilai, Hasto telah merendahkan martabat Gibran.

Menurutnya, perbandingan yang dinyatakan Hasto sudah keterlaluan dan merendahkan martabat. Ia mengingatkan Hasto untuk tidak menghujat Gibran selaku wakil presiden yang dipilih rakyat untuk pemerintahan mendatang.

Bobby menilai Hasto sudah keterlaluan karena menyamai Gibran dengan pelaku tabrak beruntun yang masih berusia 18 tahun.

“Analogi-analogi yang juga memasukan diskriminasi usia (ageisme), sudah keterlaluan, merendahkan martabat, ‘ngono yo ojo ngono’,” kata Bobby dalam keterangannya, Minggu (31/3/2024).

Ia lantas meminta Hasto untuk tidak menghina Gibran selaku wapres terpilih di depan publik.

“Sebaiknya jangan lah menghujat-hujat wapres terpilih di ruang publik. Proses hukum di MK juga sedang berjalan, tunggu saja hasilnya,” terangnya.

Lagipula, Bobby menilai, usia pemimpin muda tidak perlu diperdebatkan. Anggota Komisi I DPR ini lantas menyebutkan sejumlah pemimpin negara yang masih berusia muda.

“Sebastian Kurz (31) jadi PM Austria, Sanna Marin (33) PM Finland, Gabriel Boric (36) Presiden Chile. Masak masih mau diperdebatkan lagi soal kepantasan usia menjadi pemimpin negara?” kata Bobby.

Sebelumnya, Hasto lalu membandingkan Gibran dengan profesi oupir truk. Yang mana untuk menjadi sopir saja perlu usia dan kedewasaan yang cukup.

“Karena kedewasaan di dalam mengemban jabatan-jabatan tertentu, untuk supir truk aja itu berbahaya, apalagi kaitannya dengan mengelola suatu negara sebesar Indonesia dengan problematika yang sangat kompleks,” kata Hasto dalam sebuah diskusi virtual, Sabtu (30/3/2024).

Pada kasus kecelakaan beruntun di Gerbang Tol Halim Perdanakusuma, supir truk masih berumur 18 tahun dan tidak mempunyai SIM mengendarai kendaraannya secara ugal-ugalan.

“Kedewasaan di dalam menghadapi problematika di jalan raya belum terjadi, hanya gara-gara menyenggol satu mobil dia lari karena kedewasaannya belum tercapai. Lalu menabrak dan mengenai mobil lainnya.”

(Sumber)