News  

AS, Jepang dan Korsel Berebut Jadi Raja Semikonduktor, Bagaimana Indonesia?

Beberapa negara kini tengah berlomba-lomba meningkatkan industri chip semikonduktor. Industri ini memiliki daya tarik sendiri karena berperan penting dalam perekonomian global dan produk-produknya digunakan hampir di setiap aspek kehidupan masyarakat dunia sehari-hari.

Industri semikonduktor merupakan industri global yang merancang, mengembangkan, memproduksi, dan menjual semikonduktor dan produk terkait.

Industri chip semikonduktor memproduksi perangkat elektronik kecil yang terbuat dari bahan semikonduktor seperti silikon. Perangkat ini adalah dasar atau elemen dasar dari perangkat elektronik modern mulai dari kendaraan otomotif, ponsel, komputer, hingga peralatan medis.

Industri ini sangat kompetitif, dengan banyak pemain bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar. Pemain terbesar di industri ini antara lain Intel, Samsung, dan TSMC.

Negara-negara adidaya yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa telah menyalurkan hampir US$81 miliar atau setara Rp 1.301, 67 triliun atau Rp1,3 kuadriliun (US$1=Rp16.070) untuk menciptakan semikonduktor generasi berikutnya, sehingga meningkatkan pertarungan global dengan China dalam memperebutkan supremasi chip.

Hal ini merupakan gelombang pertama senilai hampir US$380 miliar atau setara Rp6,1 kuadriliun (US$1=Rp16.070) yang dialokasikan pemerintah di seluruh dunia untuk perusahaan seperti Intel dan Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. untuk meningkatkan produksi mikroprosesor yang lebih bertenaga.

Lonjakan ini telah mendorong persaingan antara Washington dan Beijing mengenai teknologi mutakhir ke titik balik penting yang akan membentuk masa depan perekonomian global.

Belanja chip oleh AS dan sekutunya menandai tantangan baru terhadap kebijakan industri Beijing selama beberapa decade, meskipun kebijakan ini memerlukan waktu bertahun-tahun untuk membuahkan hasil.

Aliran dana yang deras telah memperketat garis pertempuran dalam perang dagang AS-China, termasuk di negara-negara seperti Jepang.

Hal ini juga memberikan bantuan kepada Intel, yang pernah menjadi pemimpin global dalam manufaktur chip yang dalam beberapa tahun terakhir telah kalah dari para pesaingnya termasuk Nvidia dan TSMC.

Rencana investasi telah mencapai titik kritis di AS, ketika para pejabat pada bulan lalu mengumumkan hibah sebesar US$6,1 miliar atau setara Rp98,03 triliun (US$1=Rp16.070) untuk Micron Technology, pembuat chip memori komputer terbesar di Amerika.

Hibah tersebut merupakan hibah terakhir bernilai miliaran dolar untuk fasilitas pembuatan chip canggih di AS, yang membatasi banyaknya komitmen yang mendekati US$33 miliar kepada perusahaan-perusahaan termasuk Intel, TSMC, dan Samsung Electronics.

Presiden AS Joe Biden membuka keran pendanaan tersebut dengan Undang-Undang Chips dan Sains 2022 yang ditandatanganinya, menjanjikan total hibah sebesar US$39 miliar untuk pembuat chip, yang dilengkapi dengan pinjaman dan jaminan senilai tambahan US$75 miliar ditambah kredit pajak hingga 25%.

Ini adalah inti dari upayanya yang berisiko tinggi untuk menghidupkan kembali produksi semikonduktor dalam negeri dan menyediakan lapangan kerja baru di pabrik untuk membantu meyakinkan para pemilih bahwa ia layak dipilih kembali pada bulan November nanti.

Investasi AS tersebut bertujuan untuk melakukan lebih dari sekedar melawan China, yang masih tertinggal dari negara-negara lain di dunia dalam beberapa generasi dalam teknologi semikonduktor canggih.

Mereka juga bertujuan untuk menutup kesenjangan insentif yang diberikan negara selama puluhan tahun dari Taiwan dan Korea Selatan yang telah menjadikan tempat-tempat tersebut sebagai pusat industri chip.

Rencana Investasi Industri Semikonduktor

Di Jepang, Kementerian Perdagangan telah mendapatkan sekitar US$25,3 miliar atau setara dengan Rp406,57 triliun (US$1=Rp16.070) untuk kampanye chip sejak dimulai pada Juni 2021.

Dari jumlah tersebut, US$16,7 miliar telah dialokasikan untuk proyek-proyek termasuk dua pabrik pengecoran TSMC di Kumamoto dan pabrik pengecoran lainnya di Hokkaido, tempat perusahaan lokal Jepang, Rapidus, bertujuan untuk memproduksi secara massal chip logika 2 nanometer pada tahun 2027.

Perdana Menteri Fumio Kishida menargetkan total investasi sebesar US$64,2 miliar atau setara dengan Rp1,03 kuadriliun, termasuk dana dari sektor swasta, dengan tujuan meningkatkan penjualan chip produksi dalam negeri sebanyak tiga kali lipat menjadi sekitar US$96,3 miliar atau setara dengan Rp1,55 kuadriliun (US$1=Rp16.070) pada tahun 2030.

Sebaliknya, Seoul menghindari pendanaan dan subsidi langsung seperti yang dilakukan Washington dan Tokyo, dan lebih memilih bertindak sebagai penuntun bagi chaebol yang berkantong tebal.

Korea Selatan berencana memberikan paket kebijakan senilai KRW 10 triliun atau sekitar US$ 7,3 miliar atau sekitar Rp 117, 31 triliun. Paket kebijakan tersebut termasuk investasi dan penelitian.

Menteri Keuangan Korea Selatan Choi Sang-mok mengatakan pemerintah akan segera memberikan detail mengenai kebijakan tersebut. Dengan paket kebijakan tersebut, Korea Selatan diharapkan bisa meningkatkan penguasaan chip hingga rantai pasok semikonduktor.

Pentingnya Industri Semikonduktor

Pentingnya industri ini bagi dunia karena industri semikonduktor merupakan kontributor signifikan terhadap perekonomian global. Industri ini bernilai miliaran dolar, dan produknya digunakan di hampir setiap aspek kehidupan kita sehari-hari.

Kemudian, industri semikonduktor sangat penting untuk kemajuan teknologi. Seiring kemajuan teknologi, permintaan semikonduktor akan terus meningkat. Selain itu, industri semikonduktor sangat penting bagi keamanan nasional. Semikonduktor digunakan dalam peralatan militer dan infrastruktur penting lainnya, sehingga ketersediaannya penting bagi keamanan nasional.

Kontribusi Industri Semikonduktor Terhadap Perekonomian Global

Berdasarkan data Asosiasi Industri Semikonduktor (SIA), total penjualan industri semikonduktor global sebesar US$526,8 miliar pada tahun 2023, turun sebesar 8,2% dibandingkan dengan total penjualan pada tahun 2022 sebesar US$574,1 miliar, yang merupakan total tahunan tertinggi dalam sejarah industri. Penjualan meningkat selama semester kedua tahun 2023.

Secara regional, Eropa merupakan satu-satunya pasar regional yang mengalami pertumbuhan tahunan pada 2023, dengan penjualan di sana meningkat sebesar 4,0%. Penjualan tahunan ke seluruh pasar regional lainnya mengalami penurunan pada tahun 2023: Jepang (-3,1%), Amerika (-5,2%), Asia-Pasifik/Lainnya (-10,1%), dan China (-14,0%).

Perkembangan Industri Semikonduktor di Indonesia

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto blak-blakan kalau Indonesia saat ini belum memiliki industri semikonduktor. Ada banyak kendala yang menyebabkan investor ogah masuk ke Indonesia, termasuk tekanan yang diberikan dua negara tetangga yaitu Malaysia dan Singapura.

“Dan Singapura, Malaysia tidak senang, makanya dibuat ribut terus sama NGO-NGO, supaya Indonesia tidak masuk di industri semikonduktor, jadi itu realitas,” kata Airlangga dalam Seminar Ekonomi – Perspektif Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Menuju Indonesia Emas 2045, di Kolese Kanisius, Jakarta Pusat, Sabtu lalu dikutip Senin (13/5/2024).

Airlangga mengakui kalau dulu Indonesia pernah berjaya di industri semikonduktor. Namun itu tidak bertahan lama karena pabrik multinasional tersebut pindah ke Malaysia. Sejak saat itu Malaysia menjadi kekuatan di industri semikonduktor di Asia Tenggara.

“Dan hari ini ekspor ke Malaysia electronic based 40%, nah Indonesia harus menarik ulang. Semikonduktor Indonesia baru di hilir, di testing sama di assembling,” katanya.

Selain itu, untuk mendukung pembangunan industri semikonduktor dibutuhkan engineer yang yang banyak pada bidang mikroelektronik.

Menurut catatan Kementerian Perindustrian, Indonesia pernah memiliki pabrik semikonduktor pada tahun 1973. Industri komponen chip semikonduktor yang merupakan investasi dua perusahaan multinasional Amerika Serikat yaitu Fairchild Semiconductors dan National Semiconductors.

sejak tahun 1980-an terjadi perubahan model bisnis di industri semikonduktor. Pada awalnya semua dikerjakan oleh satu perusahaan dari hulu ke hilir atau vertical integration yang disebut Integrated Device Manufacturer (IDM).

Namun model bisnis telah terpecah-pecah menjadi Fabless (Chip Design), Foundry (Chip Fabrication), IDM (Chip Design & Fabrication), dan OSAT (Assembly & Test). Hal tersebut menimbulkan gairah ekonomi baru dengan bermunculan banyak perusahaan-perusahaan start up semikonduktor di seluruh dunia.

Namun, karena masalah ketenagakerjaan, investor pabrik semikonduktor memilih pindah ke Malaysia pada 1985. Sejak saat itu, manufaktur semikonduktor Indonesia kalah dengan Malaysia. Bahkan Indonesia menjadi pengimpor semikonduktor.

Airlangga menjelaskan saat ini Amerika Serikat (AS) mau mempersiapkan Indonesia masuk dalam pembuatan komponen semikonduktor. Selain itu juga China berencana juga berminat pada bagian wafer semikonduktor.

“Dan kita akan buat terintegrasi di pulau Rempang dengan investasi US$ 12 miliar,” kata Airlangga, dalam Seminar Ekonomi – Perspektif Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Menuju Indonesia Emas 2045, di Kolese Kanisius, Jakarta Pusat, Sabtu (11/5/2024).(Sumber)