Kerajaan Tidore adalah salah satu kerajaan Islam yang terletak di Pulau Halmahera, Maluku Utara.
Kerajaan Tidore memegang peran penting pada masa kolonial dalam perdagangan rempah-rempah dan penyebaran agama Islam di wilayah Papua dan Nusantara Timur.
Istana Kerajaan Tidore dibangun pada tahun 1811, di masa pemerintahan Sultan Muhammad Tahir (1810-1831) di Kelurahan Soa Sio, Kecamatan TIdore, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara.
Tapi kerajaan baru mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-18, di masa pemerintahan Sultan Nuku.
Di bawah kepemimpinannya, Tidore mengalami kemajuan yang signifikan dan dihormati oleh bangsa Eropa.
Tapi sayangnya, istana ini runtuh di tahun 1912 akibat masalah internal kerajaan yang diperburuk oleh campur tangan Belanda.
Kerajaan Tidore baru dibangun kembali pada tahun 2000-an. Selama masa revitalisasi, istana ini tepat dibangun seperti sedia kala, dengan gaya arsitektur khas Melayu.
Tapi menariknya, bangunan istana ini masih menyimpan peninggalan Kerajaan Tidore dengan nilai sejarah yang tinggi.
Ragam Bukti Peninggalan Kerajaan Tidore
Berikut ragam bukti peninggalan Kerajaan Tidore yang masih dilestarikan hingga saat ini.
1. Masjid Sultan Tidore
Peninggalan Kerajaan Tidore pertama adalah Masjid Sultan Tidore yang dibangun pada tahun 1700.
Awalnya, masjid ini dibangun dengan konstruksi kayu, batu, pasir, kapur, dan atap dari alang-alang dan daun sagu.
Seiring berjalannya waktu, Masjid Sultan Tidore akhirnya direnovasi ulang dan materialnya diganti dengan bahan-bahan yang lebih kokoh.
2. Makam Sultan-Sultan Tidore

Makam para Sultan Tidore terletak di kawasan Kedaton Tidore.
Kompleks pemakaman tersebut menyimpang makam sultan-sultan berpengaruh dari Kerajaan Tidore.
Salah satu sultan yang dimakamkan di kompleks itu adalah Sultan Nuku yang dikenal sebagai pembawa kejayaan Kerajaan Tidore.
3. Benteng Tahula
Benteng Tahula pertama kali dibangun oleh Bangsa Spanyol yang kemudian dilanjutkan oleh Bangsa Portugis.
Setelah bangsa Spanyol pergi, benten ini sempat ditinggali oleh Sultan Tidore, sebelum akhirnya dihancurkan oleh VOC pada 1707.
Ketika Sultan Nuku menjadi Sultan Tidore, Benteng Tahula mengalami perbaikan dan ditambahkan meriam serta amunisi yang dipersiapkan untuk menghadapi Belanda.
Hingga kini, Benteng Tahula masih eksis, walau tidak lagi utuh seperti sedia kala, meski pernah dipugar oleh pemerintah.
Namun pengunjung masih bisa melihat beberapa peninggalan Kerajaan Tidore seperti tangga, dinding, dan fondasi yang membentuk geometris.
4. Benteng Torre
Benteng Torre pertama kali dibangun pada tahun 1578 oleh Portugis atas perintah Sancho de Vasconcellos.
Asal nama “Torre” diyakini terkait dengan nama Kapten Portugis pada saat itu, yaitu Hernando De La Torre.
5. Stempel Kesultanan Tidore

Di sekitar ibu kota kesultanan, pernah ditemukan stempel-stempel peninggalan Kerajaan Tidore.
Stempel itu diyakini digunakan oleh Kerajaan Tidore sebagai bentuk legalitas dalam berhubungan dengan pihak di luar kesultanan.
6. Istana Kerajaan Tidore (Kedato Kie)
Istana Kerajaan Tidore dibangun pada abad ke-15. Istana ini sudah dipugar oleh pemerintah, sehingga banyak bagian aslinya tidak dapat dilihat kembali.
Pemugaran yang terlihat jelas adalah bagian dalam istana yang disebut Kedaton, kini hanya tersisa puing-puingnya saja.
Selain bagian interior, konstruksi bangunan ini sudah dibuat ulang dengan menggunakan material yang lebih kokoh.