Anggota Komisi I DPR dari PDIP Sturman Panjaitan menyentil Menkominfo Budi Arie yang seolah menganggap enteng Pusat Data Nasional (PDN) diserang ransomware. Sebab, Budi Arie malah membandingkan peretasan ransomware Indonesia dengan negara lainnya.
Budi Arie menyebut serangan ransomware di Indonesia paling kecil dibandingkan negara lain. Dia mengungkap Amerika Serikat 40,34%, Kanada 6,75%, Inggris 6,4%, Jerman 4,9% dan Prancis 3,8% dan Indonesia 0,67%.
“Saya melihat Pak Menteri tidak menceritakan penyebab masalah itu. Hanya menceritakan dunia sudah terserang oleh ransomware, Indonesia baru kena 0,67 (persen),” kata Sturman dalam rapat kerja di Gedung DPR, Senayan, Kamis (27/6).
“Dan tidak pernah di sini dari tadi saya dengarkan tidak menceritakan, why? Apa yang terjadi enggak ada, ini enggak terjadi. itu judul lagu tadi itu,” tambah dia.
Dia menuturkan Budi Arie juga tidak menjelaskan secara komprehensif mengapa serangan ransomware bisa terjadi.
“Tapi yang saya lihat bapak hanya menjelaskan penanganan setelah terjadi masalah. Seolah-olah ini, menurut pandangan, persepsi saya pribadi kayaknya Kominfo enggak mau tahu masalah ini. Ini agak sedikit bertanya saya, mengapa bapak hanya menceritakan kondisi dunia lah segala macam sampai mengatakan Indonesia peringkat sekianlah dan penanganan seterusnya,” kata dia.
Menurutnya, Ketua relawan Pro-Jokowi (Projo) itu harus lebih fokus kepada penjelasan masalah mengapa peretasan bisa terjadi di Indonesia.
“Penyebabnya apa? Karena kalau tidak disampaikan penyebabnya maka kita tidak tahu masalah apa,” tutup Sturman.
Serangan ransomware terjadi pada 20 Juni 2024 dini hari. Gangguan akibat ransomware pertama kali dilaporkan Imigrasi yang tak bisa optimal melayani penumpang pesawat di bandara internasional sejak pukul 04.00 WIB.
Sebelumnya, Direktur Network dan IT Solution Telkom Indonesia Herlan Wijarnako memastikan bahwa data-data di Pusat Data Nasional (PDN) yang diserang ransomware sudah tidak bisa diselamatkan.
“Kita berusaha keras melakukan recovery dengan resources yang kita punya. Yang jelas data yang kena ransomware ini sudah tidak bisa kita recovery,” ujarnya dalam jumpa pers di kantor Kementerian Kominfo, Jakarta, Rabu (26/6).
(Sumber)