Pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap pedagang barang antik di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat. Pasar yang sempat hits pada 1990-an itu masih sekarat.
Jalan di depan toko-toko di Jl Surabaya itu lengang saat dikunjungi detikTravel pada Rabu (8/5/24). Beberapa pedagang terlihat bersantai sembari menawarkan dagangannya sesekali ketika ada pengunjung yang lewat.
Meskipun begitu, para pedagang di Pasar Antik Jl Surabaya itu tidak diam saja. Sebagian pedagang sedang sibuk mencuci dan memoles kembali barang-barang antik yang mereka jual.
Menurut Tamim, koordinator pedagang Jalan Surabaya, penurunan pengunjung sudah terjadi bahkan setelah momentum krisis moneter yang terjadi pada 26 tahun yang lalu. Kemudian, diperparah oleh pandemi Covid-19 yang tersebar di Indonesia pada 2019.
“Kita sebelum moneter(krisis moneter) yang bagus dagangnya, apalagi sekarang setelah Covid sudah jauh banget. Nih liat kan banyak yang kosong cuma bertahan gini aja udah,” kata Tamim.
Kendati para pedagang telah berupaya untuk terus mengikuti perkembangan zaman dengan terjun berjualan secara online, tetapi, menurut mereka, justru persaingan terasa semakin ketat. Sebab, siapapun dapat menjual barang antik dari rumahnya.
Omset penjualan masa lampau pun tidak dapat dikejar saat ini. Para pedagang bahkan kesulitan membayar iuran/pajak bulanan kepada Pemprov DKI Jakarta.
“Kan banyak online juga mempengaruhi banget. Jauh sekarang udah nggak bisa kekejar (omset), ini banyak sekarang buat bayar-bayar buat ke DKI aja pada mogok,” kata dia.
Hari libur dan weekend bahkan tidak dapat membuat Pasar Antik di Jakarta ini ramai dikunjungi para pengunjung.
“Sekarang udah nggak bisa ditentukan, kalau dulu kan Sabtu Minggu rame kalau sekarang Sabtu Minggu biasa-biasa aja. Sekarang lagi kurang banget,” kata Tamim.
Senada, Refan, pemilik toko Berlian Antique, mengatakan bahkan ia pernah tak mendapat pembeli sama sekali di hari itu.
“Gak nentu omset, kadang sama sekali nggak ada pembeli. Lebih ke online sekarang, tapi marketplace juga nggak tiap hari ada pembeli,” kata Refan.
Destinasi ini dulu bukan hanya tempat transaksi, tetapi juga menarik perhatian para wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia. Tempat ini memiliki keunikan dan beragam barang antik yang dijual dengan harga yang murah.
Menurut Tamim beberapa wisatawan asing memang masih berkunjung dan berbelanja di sana, tetapi tidak sebanyak dulu.
“Ada sih ada cuman nggak banyak, ada dari Jepang ada dari Cina, ada dari Malaysia cuma nggak tiap hari,” ujar Tamim.