Pendeta Cabul Asal Blitar Dipolisikan Karena Diduga Lecehkan 4 Perempuan Kakak Beradik

Empat kakak-beradik asal Kota Blitar yang diduga dilecehkan oleh seorang oknum pendeta sedang viral. Bahkan, kasus yang pernah dilaporkan di Polres Kota Blitar ini kembali diadukan ke Mabes Polri.

Kasus yang terjadi sejak 2022 dan baru diketahui dan dilaporkan pada April 2024 lalu ini kembali mencuat setelah diulas dalam salah satu podcast milik Uya Kuya beberapa waktu lalu. Bahkan, saat ini, kasus pelecehan dan pencabulan ini dikawal oleh pengacara kondang Alvin Lim.

“Iya, pada April lalu memang pernah dilaporkan ke Polres Blitar Kota, namun di tengah jalan tiba-tiba bapak korban mencabut laporan.

Seiring waktu, ternyata empat anaknya yang menjadi korban, akhirnya ingin melapor tapi tidak ada yang mendampingi.

Akhirnya saya mencoba mengawal kasus ini. Keempat korban masih anak, paling besar 16 tahun dan paling kecil berusia 7 tahun,” jelas pendamping korban, Pendeta Agus Ibrahim.

Setelah mengecek dan mendengar kesaksian empat korban, jelas dia, akhirnya mencoba langsung melaporkan kembali kasus pencabulan ini ke Jakarta.

Karena, diduga lokasi pencabulan dilakukan di beberapa kota, saat oknum pelaku yang merupakan pendeta ternama diundang untuk memberikan khotbah.

“Dari pengakuan korban setelah khotbah, biasanya menginap di penginapan. Dan kemudian pelaku melakukan aksi bejatnya,” terangnya.

Menurut Agus, kejadian ini diketahui oleh keluarga korban ketika pada Maret lalu diduga sudah tidak bisa menahan beban karena dalam dua tahun terakhir terus dicabuli oleh oknum pendeta.

Korban memilih melarikan diri ke salah satu temannya di Kediri, yang diketahui ayah temannya ini adalah seorang polisi.

“Namun, sebelum sempat mengeluarkan unek-uneknya, korban dijemput oleh ayahnya. Nah, di jalan pulang inilah korban menceritakan perbuatan cabul yang dilakukan oleh pendetanya,” bebernya.

Memang, ayah keempat korban adalah seorang sopir oknum pelaku pencabulan. Keluarga korban ini tinggal di sebuah ruang di bagian belakang gereja.Karena diduga sering melihat keempat korban serta ada kesempatan, membuat oknum pendeta yang sudah berusia 60 tahun ini gelap mata hingga mulai melakukan aksi-aksi cabulnya.

“Dari keterangan dan data yang kami dapatkan, memang awalnya karena oknum pendeta ini sering melihat para korban yang tinggal di ruang di belakang gereja,” ujarnya.

Agus mengaku, pendampingan kasus ini akhirnya pilih dilakukan tanpa ada motif apa pun dan murni karena prihatin serta alasan kemanusian.

Apalagi, sebelumnya, ayah korban yang kebetulan kurang mampu secara ekonomi telah mengadu ke beberapa tempat. Namun sayang belum ada yang mau dan tergerak untuk menolong.

“Akhirnya saya memberanikan diri demi keadilan dan kemanusian, bahwa oknum pelaku yang seorang pendeta dan tokoh yang seharusnya menjadi contoh, kok tega melakukan perbuatan seperti itu. Saya berharap kasus ini segera masuk proses hukum,” ungkapnya.

Informasi yang diterima Koran ini, untuk keamanan saat ini, keempat korban dan ayahnya diungsikan ke Jakarta.

Selain untuk proses penyelidikan, juga alasan agar tidak menerima gangguan dari pihak yang tidak bertanggung jawab. (Sumber)