Agak mengejutkan! Demo Indonesia Gelap yang dilakukan mahasiswa di berbagai kota di Indonesia. Serentak dalam jumlah massa yang tak sedikit. Memantik spekulasi. Pasalnya Isunya bergeser. Bukan adili Jokowi. Bukan pula turunkan anak haram konstitusi, Fufufafa. Melainkan lengserkan Prabowo.
Efisiensi anggaran menjadi isu krusial yang dimainkan para pendemo untuk menggoyang Pemerintahan Presiden Prabowo. Pembelokkan isu seolah-olah efisiensi anggaran untuk program pro rakyat semisal pendidikan dan kesehatan.
Padahal usia Pemerintahan Presiden Prabowo baru dalam hitungan ratusan hari. Kabinet gemoy Presiden Prabowo memang paradoks dengan apa yang didengung-dengungkan selama ini; efisiensi. Politisasi efisiensi anggaran.
Selain kabinetnya dipenuhi para loyalis Jokowi yang mungkin saja sedang bekerja melakukan pembusukan dari dalam dan bekerja sebagai operator lapangan untuk menggerakkan demo mahasiswa.
Mungkinkah diam-diam ada silent operation dongkel Prabowo oleh Jokowi dan loyalisnya yang masih mendududuki jabatan strategis di Kabinet Merah Putih setelah teriakan ‘Hidup Jokowi!’ oleh Prabowo dalam peringatan HUT Partai Gerindra ke-17? Gelagat operasi gelap pendongkelan ini sudah tercium oleh Prabowo dengan menyamarkan dengan teriakan hidup Jokowi. Wallahua’lam
Kabarnya Jokowi kecewa berat dengan berbagai kebijakan Prabowo khususnya setelah anggaran IKN digembok menteri keuangan atas perintah presiden.
Ditambah lagi pencapresan Prabowo di tahun 2029 dinilai oleh Jokowi sebagai penghambat Fufufafa menjadi presiden pengganti Prabowo. Jokowi sudah tak sabar Fufufafa jadi presiden.
Yang jelas demo Indonesia Gelap yang dilakukan mahasiswa tidak berdiri sendiri. Pasti ada keterlibatan pemodal dan operator lapangan yang menguasai jaringan aksi mahasiswa.
Ada pihak orang dalam kekuasaan yang bermain. Menggeser citra buruk Jokowi ke Prabowo. Menggeser isu adili Jokowi menjadi lengserkan Prabowo. Diam-diam skenario menaikkan Fufufa.
Blunder-blunder loyalis Jokowi di Kabinet Merah Putih bisa menjadi penguat asumsi di atas. Kebijakan Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia yang membatasi gas elpiji 3 kg sebagai upaya provokasi kemarahan rakyat kepada Pemerintahan Presiden Prabowo.
Seharusnya Prabowo berani mencopot Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia karena telah bermain api dengan memprovokasi rakyat melalui kelangkaan gas elpiji 3 kg. Bukan hanya berani mencopot Satryo Somantri Brodjonegoro sebagai Mendiktisaintek karena bukan loyalis Jokowi.
Belum lagi isu Danantara yang kabarnya akan diisi oleh loyalis Jokowi dan Jokowi itu sendiri. Ini tentu saja akan menambah citra buruk presiden yang dikendalikan oleh mantan presiden.
Masalah pagar laut tidak tuntas karena dilindungi oleh loyalis Jokowi yang diduga kuat keterlibatan Aguan alias Sugianto Kusuma untuk proyek mercusuar, PIK-2. Justru yang dijadikan kambing hitam aparat desa. Sementara Aguan tidak tersentuh hukum.
Pembusukan dari dalam kabinet Merah Putih untuk mendongkel Presiden Prabowo dan skenario menaikkan Fufufafa sebelum usia Pemerintahan Prabowo 1 tahun melalui demo Indonesia Gelap. Kabarnya Jokowi makin greget dengan Prabowo.
Inilah celah bakal terjadinya hura hara politik di tahun 2025. Bakal tambah membara dengan ditahannya Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto. Bongkar skandal besar Jokowi dan kroni-kroninya. Diprediksi akan memicu hura hara politik. Kita akan menyaksikan siapa yang bakal gelap; Prabowo atau Fufufafa atau gelombang rakyat makin keras menuntut adili Jokowi?
Jokowi ingin Presiden Prabowo jatuh sebelum kekuasaan Prabowo benar-benar kuat atau diam-diam Prabowo sedang pasang perangkap untuk ‘menggebuk’ Jokowi dan Fufufafa?
Wallahua’lam bish-shawab
Bandung, 22 Sya’ban 1446/21 Februari 2025
Tarmidzi Yusuf, Kolumnis