Koordinator Kajian Politik Merah Putih, Sutoyo Abadi, melontarkan kritik tajam terhadap Presiden terpilih Prabowo Subianto. Dalam pernyataannya, ia menyebut bahwa Prabowo yang kini memimpin bukanlah sosok yang sama seperti dahulu kala, saat masih didukung para ulama garis lurus, cendekiawan, santri, mahasiswa, dan tokoh masyarakat.
“Situasi sekarang ibarat lepas dari mulut buaya, masuk ke mulut harimau yang sudah ompong,” ujar Sutoyo kepada Radar Aktual, Sabtu (12/4/2025).
Menurut Sutoyo, perubahan karakter Prabowo terjadi sejak menjabat sebagai Menteri Pertahanan di kabinet Presiden Joko Widodo. Ia menuding, hasil Pilpres 2024 merupakan skenario dari Jokowi dan para oligarki. Sutoyo juga menyebut bahwa Prabowo kini tunduk kepada kekuatan oligarki dan bahkan mengakui Jokowi sebagai guru politiknya.
“Jangan terlalu banyak berharap kepada Prabowo. Ia tak lebih dari perpanjangan tangan Jokowi Jilid 3. Apalagi wakilnya adalah Gibran, anak haram konstitusi,” tegasnya.
Lebih jauh, Sutoyo mengklaim bahwa kemenangan Prabowo dalam Pilpres 2024 dimungkinkan oleh dukungan para mafia dan cukong yang sebelumnya memenangkan Jokowi. Ia menyebut kelompok tersebut sebagai “oligarki hitam komunis China RRC” yang menjaga dan mengendalikan pemerintahan selama dua periode terakhir.
“Prabowo memiliki hutang budi yang sifatnya mengikat. Ia akan menjalankan perintah sang cukong dengan imbalan perlindungan bagi dirinya dan keluarganya,” tambah Sutoyo.
Ia juga menyebut, seperti halnya Jokowi, Prabowo dikelilingi oleh mata-mata asing yang terus mengawasi. Kondisi ini menurutnya membuat Prabowo tidak mungkin bisa independen dalam mengambil keputusan, termasuk dalam memilih para menteri.
“Sebagian besar menterinya adalah orang-orang yang sebelumnya membantu Jokowi. Sisanya adalah hasil kompromi partai dan lingkaran kekuasaan yang justru bermasalah,” katanya.
Sutoyo menegaskan bahwa harapan publik kepada Prabowo untuk membawa perubahan adalah pepesan kosong. Ia menyerukan agar masyarakat menyadari kenyataan ini dan tidak lagi menggantungkan harapan pada sosok yang menurutnya telah kehilangan jati diri.