News  

Habib Umar Alhamid: Mari Jaga Persatuan Demi Kepemimpinan yang Berkeadilan

Habib Umar Alhamid (IST)

Panglima Generasi Cinta Negeri (Gentari), Habib Umar Alhamid, menyerukan pentingnya merajut kembali kesatuan nasional dan menghentikan segala bentuk perpecahan yang belakangan semakin nyata di ruang publik, baik dalam wacana politik, sosial, maupun media digital. Ia menilai, krisis nilai dan kemunduran dalam pola komunikasi publik merupakan tantangan serius yang menggerus karakter luhur bangsa Indonesia.

“Bangsa ini sejatinya berbudi luhur karena masyarakatnya yang punya tradisi gotong royong, tenggang rasa, dan sopan santun. Tapi perkembangan zaman, terutama disrupsi teknologi dan komunikasi yang tidak diiringi pendidikan karakter, telah merusak tatanan sosial itu,” ujar Habib Umar Alhamid kepada Radar Aktual, Kamis (3/7/2025).

Ia menyayangkan bahwa saat ini masyarakat semakin sulit menemukan pemimpin yang benar-benar bijak dan mampu memberikan rasa keadilan. Lebih dari itu, ia mengkritik keras arus berita yang beredar di media sosial dan media daring yang cenderung memicu rasa pesimistis dan kehilangan harapan di kalangan rakyat.

“Banyak sekali berita yang tidak enak didengar dan ditonton. Tidak hanya membuat bingung, tapi juga mematikan semangat. Ini mengancam harapan rakyat. Apa yang harus dilakukan?” katanya.

Menurutnya, meskipun banyak tokoh menyuarakan persatuan, nyatanya masih jauh panggang dari api. Hal ini, menurut Habib Umar, bisa jadi karena para tokoh belum memahami betul arah perubahan global, atau bahkan belum mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan digital dan teknologi yang mendasar.

Untuk itu, Habib Umar menyampaikan lima langkah penting yang perlu dilakukan oleh para tokoh bangsa demi memperkuat persatuan, menyiapkan masa depan, dan menyongsong kepemimpinan baru yang relevan dengan zaman.

Pertama, Hiraukan Provokasi dan Berita Buzzer yang Menyesatkan

Habib Umar mengimbau para tokoh bangsa dan masyarakat luas agar tidak terpancing oleh provokasi yang datang dari segelintir oknum, baik di dunia nyata maupun maya. Menurutnya, saat ini terlalu banyak energi habis untuk menanggapi isu-isu kontroversial dan konflik buatan yang justru menjauhkan bangsa dari tujuan pembangunan dan kemajuan.

“Jangan habiskan waktu untuk meladeni buzzer, hoaks, atau provokator. Kita harus lebih cerdas. Fokus pada hal-hal yang membangun. Hiraukan mereka yang ingin memecah belah,” ujarnya tegas. Ia menekankan bahwa mengabaikan bukan berarti pasif, tetapi memilih untuk tidak terjebak dalam konflik yang tidak produktif.

Kedua, Bangun Jaringan Riset untuk Antisipasi Teknologi Masa Depan

Langkah kedua yang ditekankan adalah membangun jaringan riset yang kuat dan progresif, guna mengantisipasi tantangan teknologi masa depan. Habib Umar menilai, banyak tokoh bangsa masih terjebak dalam cara berpikir lama dan belum memiliki pemahaman mendalam tentang revolusi digital, kecerdasan buatan, blockchain, hingga disrupsi data.

“Negara ini butuh pusat-pusat pemikiran yang paham teknologi. Jangan hanya bicara politik masa lalu. Kita butuh roadmap nasional dalam teknologi masa depan, dan itu harus dimulai sekarang,” katanya. Ia mendorong kolaborasi antara tokoh senior, ilmuwan, akademisi, dan generasi muda yang aktif dalam bidang teknologi.

Ketiga, Edukasi Literasi Informasi di Keluarga dan Lingkungan

Langkah ketiga menyasar akar sosial bangsa, yakni keluarga dan komunitas lokal. Habib Umar mengingatkan bahwa keluarga adalah benteng pertama yang harus dibangun untuk menangkal disinformasi dan krisis nilai. Ia mendorong adanya pendidikan literasi informasi sejak dini, agar masyarakat mampu memilah berita dan tidak mudah terpengaruh oleh opini yang menyesatkan.

“Kalau ruang keluarga kita cerdas, masyarakat pun akan sehat. Orang tua harus jadi contoh dalam menyampaikan berita yang benar, dan tidak mudah menyebarkan kabar bohong,” ujar Habib Umar. Ia menekankan perlunya peran guru, tokoh agama, dan pemuda dalam membentuk lingkungan yang mendidik dan konstruktif.

Keempat, Dorong Generasi Muda Jadi Nahkoda Teknologi

Di tengah derasnya arus globalisasi dan teknologi, Habib Umar percaya bahwa masa depan bangsa sangat bergantung pada generasi mudanya. Oleh karena itu, tokoh bangsa harus mendorong dan meyakinkan pemuda untuk tampil menjadi pemimpin yang mampu mengarungi samudra kemajuan teknologi, tanpa meninggalkan akar budaya dan nilai-nilai luhur bangsa.

“Pemuda kita harus berani tampil. Jangan jadi penonton. Mereka adalah nahkoda masa depan yang akan membawa kapal besar bernama Indonesia menuju samudra globalisasi. Tapi kita harus bimbing mereka, bukan abaikan,” tegasnya. Ia juga mengingatkan bahwa pemuda tidak cukup hanya cerdas secara teknologi, tetapi juga harus memiliki karakter kuat dan komitmen kebangsaan.

Kelima, Jaga Persatuan untuk Menyongsong Kepemimpinan Masa Depan

Langkah terakhir, dan menurutnya paling krusial, adalah menjaga dan memperkuat persatuan nasional. Bagi Habib Umar, tidak akan pernah ada pemimpin besar yang lahir dari masyarakat yang terpecah. Ia menilai bahwa kesatuan adalah modal dasar untuk membangun masa depan dan menyiapkan generasi yang siap memimpin dengan arif dan adil.

“Kalau kita terus sibuk bertengkar dan saling menyalahkan, kapan kita siapkan pemimpin yang sejati? Persatuan bukan hanya jargon, tapi fondasi nyata untuk membentuk pemimpin masa depan,” tegasnya.

Dalam kesempatan ini, Habib Umar juga meminta pada semua pihak untuk mendukung semua program pemerintahan Prabowo demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat di republik ini. Dan, sekaligus memberikan ucapan selamat atas peringatan Hari Ulang Tahun Bhayangkara ke-79, dan berharap kepolisian Indonesia terus berbenah dan mampu menghadapi tantangan zaman.

“Selamat HUT Bhayangkara ke-79. Semoga kepolisian mampu menjawab tantangan teknologi informasi, serta mengembalikan citra dan kepercayaan masyarakat. Polisi harus hadir sebagai pelindung rakyat dan penegak keadilan yang manusiawi,” ujarnya.

Habib Umar berharap Polri bisa mengambil peran strategis, tidak hanya dalam keamanan, tetapi juga dalam menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara di tengah era disrupsi yang terus berkembang saat ini.