News  

Preman Dikerahkan, Pemerhati Politik dan Kebangsaan: Jokowi Panik

Pemerhati politik dan kebangsaan M. Rizal Fadillah menilai bahwa Presiden Joko Widodo saat ini tengah berada dalam kondisi krisis kepercayaan publik akibat kasus dugaan ijazah palsu yang tak kunjung terbuka secara terang. Menurutnya, berbagai manuver Jokowi belakangan ini—mulai dari pemanggilan pengacara ke Solo, hingga sowan para menteri dan polisi alumni Sespimpol—menjadi indikasi kepanikan, bukan kekuatan.

“Kalau ijazah itu benar, tidak mungkin sembunyi-sembunyi, tidak mungkin gertak-gertak dengan ancaman hukum. Justru makin mencurigakan. Publik dunia akan semakin mempertanyakan,” ujar Rizal kepada Radar Aktual, Kamis (24/4/2025).

Ia menyebut, tindakan Jokowi mengundang tim pengacara ke rumah di Solo dan didatangi oleh tokoh-tokoh preman seperti Hercules yang sempat disebut menggertak Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) adalah bentuk intimidasi terhadap pencari kebenaran.

Tak hanya itu, Rizal juga menyoroti pertemuan Jokowi dengan para menteri di Jakarta serta pengaruh terhadap Sespimpol Polri sebagai bentuk “gerakan panik” untuk mempertahankan narasi kekuasaan di tengah dugaan yang makin menguat.

“Jokowi seolah sedang menghadapi sakaratul maut politik. Ia kehilangan pegangan dan kini mencari ‘ranting’ terakhir. Sayangnya, ranting itu akan terbakar,” ujar Rizal dalam pernyataan tertulisnya.

Sebelumnya, dugaan ijazah palsu Jokowi telah dilaporkan oleh TPUA ke Bareskrim Mabes Polri sejak 9 Desember 2024. Total 15 bukti telah diserahkan hingga 22 April 2025. Anehnya, kata Rizal, saat ijazah itu ditunjukkan pada 16 April 2025, awak media yang melihat tidak diperbolehkan mengambil foto atau merekamnya.

Lebih lanjut, Rizal mengkritisi langkah pelaporan terhadap dirinya bersama Roy Suryo, Rismon Sianipar, dan Tifauzia Tyassuma ke Polres Metro Jakarta Pusat oleh Pemuda Patriot Nusantara, yang dituding menghasut berdasarkan Pasal 160 KUHP. “Ini bukan soal ujaran kebencian, tapi penggalian ilmiah terhadap fakta pendidikan. Ini bukan kejahatan, ini ilmu pengetahuan,” tandasnya.

Menurut Rizal, upaya hukum seharusnya diarahkan bukan pada pelapor, tapi pada pembuktian otentisitas dokumen akademik Jokowi. “Jika benar dan sah, tunjukkan saja skripsi dan ijazahnya, biar publik bisa menguji secara saintifik. Jangan sembunyi, apalagi mengintimidasi,” tegasnya.

Ia mengakhiri pernyataannya dengan sindiran tajam: “Mungkin kegelisahan seribu rasa Jokowi hanya bisa ditenangkan di pemakaman Vatikan, karena pada akhirnya semua ambisi berujung pada sunyi dan sesal abadi.”