Buffon Ngaku Tandukan Zidane ke Materazzi di Final Piala Dunia 2006 Gara-gara Dirinya

Gianluigi Buffon membuat pengakuan unik soal momen ikonik di final Piala Dunia 2006. Legenda kiper Italia itu bercanda dirinya adalah ‘VAR’ sebelum teknologi tersebut ada, ketika menyaksikan langsung Zinedine Zidane menanduk Marco Materazzi.

Berbicara dalam peluncuran bukunya di Turin, Buffon menceritakan berbagai momen puncak dan kelam dalam kariernya. Salah satunya insiden yang nyaris terlupakan di final Berlin, ketika Zidane kehilangan kontrol dan mengakhiri karier internasionalnya dengan kartu merah.

“Saat itu, saya adalah VAR,” ujar Buffon sambil tertawa. “Reaksi saya yang langsung lari ke tempat kejadian membuat wasit sadar ada sesuatu yang besar terjadi. Mereka mungkin tak akan mengakuinya, tapi saya tahu mereka melihat tayang ulang di monitor.”

Buffon juga mengenang momen getir di Piala Dunia 2010, ketika Italia terpuruk dan gagal lolos dari fase grup di bawah komando Marcello Lippi yang kembali melatih.

“Saya cedera, jadi saya di ruang ganti melihat semua orang tertunduk. Lippi datang, santai, dan bilang: ‘Ini bukan salah kalian, tapi salah saya yang bodoh bawa kalian ke sini.’ Jujur, saya ngumpet di kamar mandi buat ngakak,” kenang Buffon dengan gaya khasnya.

Superpower Seorang Kiper
Buffon menggambarkan perannya di bawah mistar gawang sebagai ‘superpower’. Ia merasa kemampuan mengubah suasana stadion dari ketegangan ke ledakan emosi adalah keistimewaan seorang kiper.

“Saya menemukan itu saat masih muda di Parma. Saya bukan cuma menjaga gawang, saya menjaga emosi ribuan orang. Dan saya suka itu.”

Ia juga mengenang komentar sarkas dari pelatih legendaris Carlo Mazzone saat tampil gemilang melawan Brescia.

“Dia bilang saya kayak Lazarus, bangkit terus dari mati,” ujar Buffon sembari tertawa.

Momen pertamanya meraih trofi besar adalah saat Parma juara UEFA Cup 1999, namun bahkan itu tak sepenuhnya membuatnya puas.

“Main di stadion raksasa Moskow yang kosong… rasanya hambar,” ucapnya.

Kini, Buffon menjadi Kepala Delegasi Timnas Italia, tapi jiwa dan cerita di balik sarung tangannya masih terus menginspirasi.(Sumber)