News  

Keren! Ubah Tandan Kosong Sawit Jadi Solusi Inovatif, Mahasiswa ITB Juara Ajang Internasional di UI

Berawal dari keinginan untuk menambah pengalaman, tiga mahasiswa Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) justru melangkah lebih jauh—hingga podium juara pertama.

Pada Sabtu (26/4/2025), Jeffrey, Nadya Gunawan, dan Stephanie Patricia Nathalie T. berhasil mengungguli peserta dari berbagai negara dalam ajang International Case Competition (I-Cast), salah satu kompetisi utama dalam rangkaian Process Engineering Days (PGD) yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia.

Tantangan mereka bukan main-main, menyelesaikan persoalan pengelolaan limbah dan produktivitas industri kelapa sawit—topik krusial bagi masa depan industri agribisnis di Indonesia. Didukung oleh PT Triputra Agro Persada Tbk sebagai knowledge partner, kasus yang disodorkan bukan hanya soal teknik, tapi juga soal masa depan keberlanjutan.

Ketiganya memilih jalur inovatif, mengolah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) menjadi biochar—arang hayati hasil proses intermediate pyrolysis yang diperkaya nutrisi. Tak hanya mengurangi limbah padat, biochar ini juga dapat digunakan sebagai pupuk slow release, sekaligus berpotensi menekan penyebaran penyakit ganoderma yang selama ini menjadi musuh laten kebun sawit.

“Awalnya ikut lomba karena pengin belajar presentasi dan latihan menjawab pertanyaan,” ujar Jeffrey dilansir InfoSAWIT dari laman resmi ITB, Rabu (11/6/2025). Tapi di balik persiapan intensif dan diskusi teknis yang menguras tenaga, tersimpan kejutan. “Saya baru tahu kalau arang bisa jadi pupuk,” tambah Stephanie. “Sekarang malah jadi paham banget tentang biochar.”

Solusi mereka tidak hanya menyentuh sisi teknis, tapi juga menyentuh aspek lingkungan dan efisiensi industri—sesuatu yang membuat juri terpikat.

Bagi Nadya, kemenangan bukan hanya soal ide cemerlang, tapi juga soal strategi dan keberanian untuk belajar dari orang lain. “Jangan takut bertanya ke teman atau dosen. Lakukan riset tentang partner lomba, dan percaya diri aja dulu,” tuturnya sambil tertawa kecil.

Selama proses kompetisi, ketiganya harus menghadapi simulasi tekanan layaknya dunia profesional. Menyampaikan ide di hadapan panel juri, mengelola waktu secara ketat, dan mempertahankan argumen dari sudut pandang industri. Di situlah, menurut mereka, soft skills dan mentalitas menjadi kunci.

Kompetisi I-Cast sendiri menjadi ajang bergengsi tingkat internasional yang membuka ruang bagi mahasiswa teknik dari berbagai belahan dunia untuk menunjukkan kemampuannya menyelesaikan persoalan industri berbasis data dan teknologi. Tahun ini, dengan fokus pada industri kelapa sawit, kompetisi memberikan peluang besar bagi peserta untuk tidak hanya merancang solusi, tapi juga mengusulkan pendekatan yang aplikatif dan berkelanjutan.

Kemenangan Nadya, Jeffrey, dan Stephanie menjadi cermin bahwa generasi muda Indonesia tidak hanya mampu bersaing di tingkat global, tetapi juga punya potensi besar menjadi agen perubahan dalam sektor strategis nasional—dari kampus, untuk industri, dan untuk bumi. (Sumber)