News  

Imbangi Neraca Perdagangan Dengan Selandia Baru, Tantowi Yahya Gembira

Sepanjang tahun 2019, kinerja ekspor Indonesia ke Selandia Baru semakin meningkat. Berdasarkan data New Zealand Statistics, ekspor Indonesia ke Selandia Baru naik menjadi USD 745,33 juta atau naik 11 persen hingga bulan November 2019.

Disisi lain, nilai impor turun menjadi USD 772,19 juta. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia dan New Zealand semakin mendekati titik keseimbangan atau trade balance dengan selisih sangat tipis, yakni: USD 26,85 juta.

Duta Besar RI Wellington, Tantowi Yahya menyambut gembira meningkatnya kinerja ekspor Indonesia ke Selandia Baru.

“Selama ini, Indonesia selalu mengalami defisit perdagangan yang cukup lebar dengan Selandia Baru. Tahun ini berkat upaya dan kerjasama KBRI bersama segenap kalangan di Tanah Air kita sudah bisa mengimbangi perdagangan dengan Selandia Baru,” jelas Tantowi, Selasa (31/12).

KBRI mencatat kenaikan ekspor ke Selandia Baru disumbang dari 5 komoditas ekspor unggulan yakni: palm oil kernel, bahan-bahan kimia, lantai kayu, televisi, dan produk ban karet.

Di luar kelima produk tersebut, produk kopi Arabica Indonesia juga semakin digemari oleh masyarakat negeri Kiwi ini. Hal ini terbukti dengan semakin beragamnya jenis kopi Indonesia yang masuk ke Selandia Baru. Beberapa roaster kopi terkenal seperti Supreme dan Ripe bahkan berani merilis single origin Indonesia di jajaran produknya.

Melihat catatan tersebut, Dubes Tantowi menyatakan ke depan Indonesia perlu melakukan sejumlah inisiatif di bidang perdagangan untuk dapat segera mengimbangi bahkan melebihi ekspor Selandia Baru.

“Kita perlu memotong rantai distribusi yang panjang atas produk ekspor Indonesia,” tambah Politisi Partai Golkar asal Sumsel ini.

Dalam beberapa kesempatan, ditemukan fakta bahwa banyak produk Indonesia yang masuk Selandia Baru melalui negara ketiga. Hal ini membuat produk Indonesia kurang kompetitif dari segi harga. Hal lain yang harus segera dilakukan dalam rangka meningkatkan nilai perdagangan Indonesia ke Selandia Baru yakni ekspor barang jadi (manufactured products) yang mempunyai nilai tambah.

Dubes Tantowi menambahkan, sebetulnya jika perhitungan neraca perdagangan di atas memasukkan unsur jasa, maka posisi Indonesia sudah surplus atas Selandia Baru. Berdasarkan data NZ Statistics kenaikan jumlah pelancong Kiwi ke Indonesia sampai dengan akhir Desember 2019 mencapai 148 ribu wisatawan yang telah menyumbang devisa cukup besar.

Devisa dari sektor jasa ini yang masuk ke Indonesia tercatat USD 358,50 juta. Sehingga total ekspor Indonesia baik dari sektor barang dan jasa saat ini sudah mencapai USD 1,10 miliar. Jumlah ini lebih besar dari pada total ekspor Selandia baru yang hanya USD 1,05 miliar.

“Alhamdulilah, untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia mengalami surplus dengan Selandia Baru.” tambah Dubes Tantowi dikantornya di Wellington.

Peningkatan nilai ekspor Indonesia ini tercapai di antaranya berkat sejumlah program yang didesain bersama Kementerian Perdagangan serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Selama kurun waktu dua tahun ini, Kemendag dan KBRI Wellington sudah melaksanakan dua kali trade mission dan business matching yang melibatkan banyak eksportir dari Indonesia dan importir serta trader dari Selandia Baru.

Begitu juga dengan pariwisata. Beberapa kali Kemenpar dengan dukungan penuh KBRI melaksanakan sales mission dan tourism gathering di beberapa kota di Selandia Baru. Aktivasi ini berdampak langsung terhadap peningkatan volume perdagangan dan jumlah wisatawan.

Untuk menggenjot nilai perdagangan dalam rangka mencapai target Rp 40 triliun sebelum 2024, serta mengejar angka wisatawan 200 ribu sebelum 2022, bulan Juli lalu KBRI Wellington mengadakan pameran perdagangan dan pariwisata terbesar di kawasan Pasifik bertajuk Pacific Exposition 2019. Event yang melibatkan 20 negara Pasifik ini berhasil mencatat transaksi sebesar 100 juta NZ Dollar atau USD 70 juta.

Tantowi menegaskan penyelenggaraan Pacific Exposition telah membuka wawasan publik di Pasifik tentang kualitas produk Indonesia. “Kami berharap manfaat besar yang didapat dari pameran tersebut dapat terus berlangsung,” tutupnya. [kumparan]