News  

Dampak Lockdown Wabah Corona, Italia Sepi Bak Kota Mati

Toko-toko dan restoran tutup, ratusan penerbangan dibatalkan, dan jalan-jalan kosong di seluruh Italia pada Selasa, 10 Maret 2020 atau hari pertama penguncian nasional yang bertujuan memperlambat wabah virus corona baru.

Landmark Roma termasuk Air Mancur Trevi, Pantheon, dan Tangga Spanyol sebagian besar kosong. Sementara Vatikan menutup Lapangan dan Basilika Santo Petrus bagi wisatawan. Polisi meminta kepada para turis untuk kembali ke hotel mereka.

Pemerintah Italia, Senin 9 Maret kemarin telah memerintahkan semua penduduk negeri piza untuk tinggal di rumah dan menghindari semua perjalanan yang tidak penting sampai 3 April nanti.

“Tugas kewarganegaraan kami adalah satu-satunya hal yang bisa menyelamatkan kami,” kata Marzio Tonilo, guru dari San Fiorano, kota di Italia Utara yang sudah menjalani karantina sejak bulan lalu, kepada Reuters.

Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte secara tak terduga memperluas apa yang dia sebut sebagai zona merah ke seluruh negeri pada Senin (9/3/2020) malam, memperkenalkan kontrol paling parah di negara Barat sejak Perang Dunia Kedua.

Langkah ini mengejutkan banyak pebisnis kecil, yang mengkhawatirkan masa depan mereka. “Sepertinya kiamat telah melanda, tidak ada orang di sekitar,” ujar Mario Monfreda, yang mengelola restoran Larys di daerah pemukiman di Roma, ke Reuters.

Atas instruksi pemerintah, semua bar dan restoran di seantero Italia kini harus tutup pada pukul 6.00 malam.

“Ini benar-benar bencana. (Penguncian) ini akan membuat kami menjadi tidak ada. Lebih banyak orang akan mati sebagai akibat dari krisis ekonomi akibat penguncian ini daripada virus itu sendiri,” sebut Monfreda.

Namun, wilayah Lombardy yang makmur di Italia Utara, dengan ibu kota Milan, meminta pemerintah pusat untuk melakukan langkah-langkah yang lebih ketat.

“Saya akan menutup semua toko. Saya pasti akan menutup transportasi umum dan saya akan mencari semua bisnis yang bisa ditutup tanpa membuat kerusakan ekonomi yang berlebihan,” kata Gubernur Lombardy Attilio Fontana seperti dikutip Reuters.

Hingga Selasa (10/3/2020), sudah ditemukan 9.172 kasus virus corona dan 463 kematian di seluruh Italia sejak 21 Februari lalu.

Lombardy dan tetangganya Emilia-Romagna menanggung beban terberat sebagai pusat penyebaran Covid-19.

Namun, virus corona telah menyentuh sebagian besar negara, dan pemerintah khawatir, jika memburuk, sistem kesehatan di wilayah Selatan yang kurang memadai akan runtuh, menyebabkan kematian meningkat.

Setidaknya selama tiga minggu ke depan, siapa pun yang bepergian di Italia harus membawa dokumen yang menyatakan alasannya.

Acara di luar ruangan, termasuk olahraga, telah ditangguhkan. Sekolah dan universitas semuanya diliburkan.

Untuk mengurangi dampak terhadap masyarakat Italia terutama warga biasa, pemerintah sedang mempertimbangkan untuk membuat bank-bank memberi penundaan dalam pembayaran hipotek mereka.

“Kami akan meminta peraturan untuk diubah, itu adalah kondisi yang diperlukan, kalau tidak orang akan mati,” kata Menteri Perindustrian Stefano Patuanelli kepada Radio Capital seperti dilansir Reuters. {tribun}