Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Arteria Dahlan meminta publik tidak mengaitkan penambahan kasus pasien positif coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang melonjak dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Terlebih lagi, kata Arteria, publik membawa narasi pemerintah gagal menerapkan PSBB setelah melihat lonjakan penambahan pasien positif COVID-19.
“Kalau sekarang ditemukan banyaknya pihak yang terpapar, bukan berarti kebijakan PSBB-nya gagal,” kata Arteria saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Sabtu (23/5).
Arteria melanjutkan, lonjakan penambahan pasien positif bisa dimaknai bahwa alat tes COVID-19 sudah banyak tersedia. Dengan begitu, pengetesan bisa dilakukan dengan cepat dan masif.
Selain itu, ujar dia, lonjakan penambahan pasien positif bisa dimaknai bahwa masyarakat mulai sadar akan kesehatannya.
Mereka berani melakukan tes COVID-19 tanpa khawatir mendapat cap negatif setelah dinyatakan terpapar.
“Sekali pun jumlahnya meningkat, bukan berarti ini kegagalan. Kenapa begitu? Kalau dilihat dunia internasional sekali pun yang terpapar, misalnya jumlahnya besar, itu karena peningkatan melakukan orang melakukan tes, kesadaran dirinya untuk rapid test,” beber dia.
Menurut dia, parameter kegagalan dalam penanganan COVID-19 dilihat dari angka pasien meninggal dari virus tersebut.
Jika persentase angka meninggal sudah tinggi dari jumlah pasien positif, di situlah pemerintah bisa dianggap gagal.
Hingga kini, kata dia, kemampuan orang untuk sembuh dari COVID-19 masih terbilang tinggi. Dari total kasus pasien positif sebanyak 21.745, sebanyak 5.249 telah dinyatakan sembuh dari COVID-19.
“Terpapar silakan terpapar, yang enggak boleh, yang terpapar itu akan sakit dan meninggal. Nah, itu yang akan menjadikan parameter untuk melihat gagal dan tidak gagal,” beber dia. {JPNN}