Tekno  

Kebijakan Baru WhatsApp Bikin Aplikasi Telegram dan Signal Naik Daun

Aplikasi WhatsApp mendapat protes dari para penggunanya karena mengubah kebijakan privasi yang memaksa mereka harus berbagi data dengan Facebook. Hal itu membuat netizen mempertimbangkan untuk beralih ke platform chatting lain.

WhatsApp mengeluarkan persyaratan baru ini pada 6 Januari, meminta pengguna untuk menyetujui aturan Facebook, selaku induk usaha, untuk mengumpulkan data pengguna, termasuk nomor telepon dan lokasi mereka.

Apabila tidak menyetujui, pengguna disarankan untuk meninggalkan platform tersebut. Tentu kebijakan tersebut berujung pada rasa kecewa para pengguna WhatsApp yang merasa tidak memiliki pilihan lain selain ganti aplikasi.

Menurut laporan Reuters, sejumlah aktivis privasi mempertanyakan kebijakan “wajib serahkan data atau keluar” yang dibuat oleh WhatsApp ini.

Para aktivis menyarankan pengguna untuk beralih ke aplikasi chatting lain, seperti Telegram dan Signal. Alhasil, kedua platform ini tengah naik daun setelah WhatsApp merilis kebijakan tersebut.

Popularitas Signal dilaporkan melonjak setelah mendapatkan dukungan dari Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, serta bos media sosial mikro-blogging Twitter, Jack Dorsey.

Mengenal Signal dan Telegram

Signal merupakan aplikasi pesan instan terenkripsi seperti WhatsApp yang rilis pada 2018. Platform ini dikembangkan oleh Signal Foundation dan Signal Messenger, yang kedua organisasi itu didirikan oleh Moxie Marlinspike dan founder WhatsApp, Brian Acton.

Signal menggunakan nomor telepon seluler untuk registrasi akun. Ia bisa dipakai untuk kirim pesan teks, video, audio, dan gambar, yang diamankan dengan enkripsi end-to-end. Pengguna juga bisa menelepon atau melakukan video call secara personal atau grup.

Aplikasi memiliki beberapa fitur keamanan tambahan, seperti self-destructing messages (pesan yang terhapus otomatis), screen security (membuat pengguna tidak dapat mengambil screenshot), dan lain sebagainya. Signal juga memiliki tampilan antarmuka yang sederhana.

Sementara Telegram juga serupa Signal dan WhatsApp, sama-sama aplikasi pesan instan yang terenkripsi end-to-end. Aplikasi dikembangkan oleh Pavel Durov, Nikolai Durov, dan Axel Neff. Ia rilis pada Agustus 2013.

Telegram memiliki fitur seperti grup yang berisi hingga 100 ribu orang, channel publik, mengirimkan dokumen hingga 1,5 GB, hingga self-destructing message. Terbaru, aplikasi punya fitur Voice Chat atau obrolan suara yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat berdiskusi berbagai komunitas.

Berbeda dengan fitur Free Call atau Voice Note, Voice Chat Telegram ini mirip seperti perangkat walkie-talkie yang punya cara kerja Push-to-Talk alias tekan untuk berbicara.

Berdasarkan data perusahaan analis aplikasi Sensor Tower, lebih dari 100.000 pengguna menginstal Signal di toko aplikasi Apple App Store dan Google Play Store dalam dua hari terakhir. Sementara Telegram memperoleh hampir 2,2 juta unduhan.

Sensor Tower mencatat jumlah instal baru aplikasi WhatsApp mengalami penurunan 11 persen dalam tujuh hari pertama 2021, dibandingkan pekan sebelumnya. WhatsApp diestimasi memiliki total 10,5 juta download secara global. {kumparan}