Kasus Penyerangan Tokoh Agama, BIN Sebut Kampanye Hitam Oknum

radaraktul- Budi Gunawan sebagai Kepala Badan Intelijen Negara mengatakan bahwa kasus penyerangan terhadap para pemuka agama yang terjadi akhir-akhir ini di beberapa wilayah indonesia sudah diprediksi dan dideteksi pihaknya. Menurut pendapat Budi Gunawan, bahwa kasus tersebut adalah salah satu bagian dari kampanye hitam yang sedang dilancarkan menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

“Seluruh jajaran sudah mendeteksi dan memprediksi di tahun politik ini 2018-2019 akan marak kampanye hitam. Wujudnya isu-isu PKI, agama, SARA, politik identitas,” kata Budi di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (15/2/2018). Himbauan kepada masyarakat dari Budi Gunawan adalah agar masyarakat lebih hati-hati dan waspada serta tidak mudah dipolitisasi dan diprovokasi oleh oknum-oknum yang mempunyai beberapa kepentingan tersebut. “Masyarakat harus lebih waspada, lebih peka. Jangan mudah terpolitisasi, terprovokasi, terhasut sehingga terseret dalam permainan itu,” kata dia.

Ia juga membantah bahwa BIN kecolongan atas kasus-kasus penyerangan terhadap pemuka agama di sejumlah daerah tersebut. “Enggak. Karena kami sudah prediksi. Ini kan tahun politik. Kami sudah ingatkan bahwa kampanye hitam itu akan marak,” kata dia.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan hal yang berbeda dalam maslah inin.. Menurut Jusuf Kalla, dirinya merasa tak yakin penyerangan yang terjadi akhir-akhir ini terhadap pemuka agama ada kaitannya dengan kepentingan politik tertentu. “Saya kira enggak. Siapa, sih, yang ingin berpolitik dengan membuat perpecahan. Biar polisi meneliti, menyelidiki apa yang terjadi,” kata Kalla di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (13/2/2018).

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo juga mengungkapkan hal yang senada. Tjahjo Kumolo yang berpendapat bahwa beberapa peristiwa penyerangan terhadap pemuka agama di Indonesia tidak ada kaitannya dengan unsur politik. “Saya, kok, belum melihat ke arah sana. Itu hanya kasuistik,” ujar Tjahjo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (12/2/2018).

Dalam beberapa pekan terakhir jumlah kekerasan terhadap pemuka agama memang meningkat. Misalnya, penyerangan terhadap pimpinan Pesantren Al Hidayah, KH Umar Basri bin Sukrowi, di Cicalengka, Bandung, Jawa Barat. Saat tengah berzikir, seorang pria masuk masjid dan langsung menganiaya Umar Basri pada 27 Januari 2018.

Kemudian kasus selanjutnya adalah , tokoh Persatuan Islam Indonesia (Persis), HR Prawoto, meninggal di rumah sakit setelah dianiaya seseorang yang diduga mengalami depresi (sakit jiwa) pada awal Februari. Tidak lama dari kejadian tersebut, ada kejadian penolakan seorang biksu bernama Mulyanto Nurhalim dari sejumlah warga Kampung Baru RT 001 RW 001 Desa Babat, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang, Banten. Peristiwa itu terjadi pada Rabu (7/2/2018). Namun, video tersebut baru ramai pada Sabtu (10/2/2018).

Dan yang terakhir yang masih hangat dalam ingatan kita, Minggu (11/2/2018), orang tak dikenal menyerang Gereja Santa Lidwina, Bedog, Sleman, Yogyakarta, saat misa dilaksanakan. Umat yang sedang menghadiri misa terluka, begitu pula dengan Pastor Karl-Edmund Prier, biasa dipanggil Romo Prier, yang sedang memimpin misa.