Nasdem Sebut Surya Paloh Itu Jusuf Kalla Junior

Surya Paloh Jusuf Kalla Junior

Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem), Surya Paloh dinilai cocok menjadi calon wakil presiden untuk mendampingi Joko Widodo di Pilpres 2019.

Menurut Politisi Partai NasDem, Kisman Latumakulita, sosok ketua umumnya tersebut merupakan figur paling pas dan tepat meminkan peran sebagai Jusuf Kalla (JK) junior.

“Kepiawaian Surya Paloh melakukan mobilitas polilitik sangat bisa diterima koalisi partai-partai yang akan mencalonkan Joko Widodo sebagai Presiden 2019 nanti,” katanya di Jakarta, Selasa (17/4/2018).

Ia mengatakan, kemampuan lobi dan komunikasi politik bos Media Grup ini hampir sama atau setingkat di bawah Jusuf Kalla.

“Surya Paloh sangat mumpuni berperan sebagai JK junior. Selain sangat dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Surya Paloh juga memiliki kemampuan pendanaan finasinal yang mapan dan mandiri. Untuk itu, sangat layak dan tepat jika Jokowi memilih Surya Paloh sebagai calon Wakil Presiden 2019 nanti,“ kata Kisman Latumakulita.

Menurut Kisman, Surya Paloh mempunyai hubungan yang sangat dekat secara lahiriyah dan batiniyah dengan para petinggi Partai Golkar.

Sebab, Surya Paloh lama menjadi kader Golkar, bahkan pernah menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar saat posisi Ketua Umum Partai Golkar masih dijabat oleh Jusuf Kalla.

Kisman menjelaskan, kesulitan paling fundamental yang bakal dialami Jokowi untuk maju sebagai calon Presiden 2019 adalah mendapatkan wakil presiden sekaliber Jusuf Kalla.

Yang paling menonjol dari Jusuf Kalla adalah bisa masuk dan diterima oleh semua lapisan masyarakat.  Kelebihan Jusuf Kalla juga adalah bisa bicara dari hati ke hati, baik dengan kawan maupun lawan.

Kisman mengungkapkan, tokoh penentu dibalik kemenangan pasangan Jokowi-JK atas Prabowo-Hatta adalah Jusuf Kalla. Para pemilih dari Indonesia Timur yang menusuk gambar Jusuf Kalla itu ada delapan juta lebih. Para pemilih Jusuf Kalla juga umumnya berasal dari pengurus dan jemaah masjid serta mushollah.

Jika bukan karena wakilnya Jusuf Kalla, kata dia, belum tentu Jokowi bisa tinggal di Istana Bogor seperti sekarang.
Pada Pilpres tahun 2014 lalu, pasangan Jokowi-JK memperoleh kemenangan dengan perolehan 70.633.576 suara atau 53,15 persen.

Sedangkan pasangan Prabowo-Hatta hanya mendapatkan 62.262.844 suara. Dengan demikian, terdapat selisih kemenangan Jokowi-JK atas Prabowo-Hatta sebanyak 8.370.732 suara.

Sayangnya, tutur Kisman, pada Pilpres 2019 nanti, Undang-Undang Dasar 1945 membatasi Jusuf Kalla untuk maju lagi sebagai calon Wakil Presidennya Jokowi. Peluang yang tersedia bagi Jusuf Kalla hanya sebagai Calon Presiden.

“Kondisi yang membuat Jokowi pada posisi sulit dalam memilih calon Wakil Presiden sekaliber Jusuf Kalla, yang sekaligus dapat memastikan kemenagan sebagai presiden untuk masa jabatan 2019-2024, “tambah Kisman.

Sekarang sangat dibutuhkan tokoh yang punya kemampuan akrobat politik setingkat atau di bawah makomnya Jusuf Kalla untuk mendampingi Jokowi.

Sebelum menjadi Wakil Presidennya Jokowi, JK merupakan Ketua Umum Dewan Mesjid Indonesia (DMI).
Selain itu, ia juga Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) dan berasal dari kalangan NU.

Singkatnya, kata Kisman, ketokohan pak Jusuf Kalla ini bisa diterima semua kelompok masyarakat, baik golongan sajadah sampai dengan yang haram jadah.

“Ketokohan yang mirip dengan Pak Jusuf Kalla ini hanya ada pada figur Surya Paloh. Ketua Umum Partai Nasdem ini punya kemampuan komunikasi politik yang mumpuni, dan diterima oleh semua kalangan, baik kawan maupun lawan, apalagi yang berhubungan dengan kepentingan bangsa dan negara,” katanya.

Surya Paloh, tambah Kisman, juga terkenal dengan sifat rela berkorban dan senang berbagi, baik itu dengan teman maupun lawan politik. Apalagi untuk ihwal yang berkaitan dengan dengan kemajuan bangsa.

“Banyak juga pimpinan partai politik yang saat kesulitan datang dan minta tolong kepada Surya Paloh, baik itu yang berupa ide dan gagasan maupun yang non-ide dan gagasan,” jelas Kisman.

Sebagai mantan petinggi Partai Golkar, Surya Paloh sangatlah lihai dalam berkomunikasi dengan petinggi Golkar saat ini. Begitu juga dengan pimpinan Partai Hanura, Oesman Sapta Odang (OSO) dan Wiranto.

Surya Paloh dan Wiranto sama-sama kadernya mantan presiden Soeharto, meskipun Harian Prioritas milik Surya Paloh pernah dibredel di eranya Soeharto.

“Surya Paloh sangat dekat dengan OSO. Dulu di era orde baru kedua tokoh ini sama-sama dan sering melakukan kerja dan tugas untuk kemajuan bangsa dan negara, tapi hasil-hasil kerja kedua tokoh ini tidak untuk dipublikasikan kepada publik. Tentu saja kedekatan hubungan pribadi tersebut dapat dipastikan masih berlangsung sampai sekarang, “ jelas Kisman.

Sedangkan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang sudah seperti abang-adik. Kedekatan itu sudah dimulai sejak eranya Gus Dur Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) dan awal-awal pendirian PKB.

Begitu juga dengan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy (Rommy).
Komunikasi dan kedekatan Surya Paloh dengan Rommy juga layaknya abang-adik. Mereka berdua sering membahas masalah-masalah bangsa kekinian, dan mencari solusi jalan keluarnya.

“Kemampuan lobi dan komunikasi politik Surya Paloh ini lah yang kurang dipunyai oleh Ketua Umum parpol koalisi pendukung Jokowi lainnya. Surya Paloh juga sangat anti terhadap feodalisme dan kultus individu, apalagi merasa paling benar sendiri. Surya Paloh sangat ciar dan menghargai setiap perbedaan pendapat,“ pungkasnya.