Tekno  

Cegah Predator Seks Beraksi di Metaverse, Meta Hadirkan Fitur Baru; Personal Boundary

Meta meluncurkan fitur baru, Personal Boundary, guna mencegah predaktor seksual beraksi di metaverse buatan mereka, Horizon Worlds dan Horizon Venues. Fitur itu nantinya akan melindungi pengguna metaverse dengan cara membentuk bubble atau gelembung di wilayah pribadi pengguna.

Jadinya nanti pengguna metaverse lainnya tidak akan bisa masuk atau mendekat ke wilayah privat. Vice President Horizon Worlds, Vivek Sharma mengatakan melalui blog yang dia miliki, fitur Personal Boundary akan langsung aktif ketika pengguna masuk ke metaverse.

Gelembung itu nantinya akan tidak terlihat secara fisik di metaverse. Hanya saja gelembung itu akan selalu aktif melindungi pengguna agar terhindar dari tindakan yang tidak diinginkan ke wilayah privat.

“Nantinya pengguna akan terlindungi sejauh 4 kaki dari pengguna lain. Kami akan terus meningkatkan fitur baru ini,” tulis Vivek Sharma.

Upaya perlindungan itu dilakukan merespons pengguna Horizon Venues, Nina Jane Patel yang mengaku diperkosa saat berada secara virtual di Horizon Venues.

Nina Jane Patel diketahui merupakan seorang psikoterapis sekaligus co-founder Kabuni Ventures. Pada akhir tahun lalu, ia mendapat kesempatan untuk menjajal metaverse bikinan Facebook. Di situlah dia menjadi korban pelecehan seksual.

Nina Jane Patel menyebut ada sekelompok avatar laki-laki yang menyentuh avatarnya. Para pelaku juga mengambil foto avatardirinya tanpa izin dan mengutarakan omongan kasar.

“Dalam 60 detik setelah bergabung — saya dilecehkan secara verbal dan seksual — 3–4 avatar laki-laki, dengan suara laki-laki, pada dasarnya, secara virtual melakukan gang raped avatar saya dan mengambil foto,” jelas Nina Jane Patel dalam tulisannya di Medium.

“Ketika saya mencoba melarikan diri mereka berteriak — “jangan berpura-pura kamu tidak menyukainya” dan “pergilah menggosokkan dirimu ke foto”.”

Ibu berusia 43 tahun itu mengatakan bahwa pelecehan yang menimpanya terjadi begitu cepat. Ia tidak sempat berpikir untuk memblokir dan melaporkan orang-orang yang melecehkannya. Patel merasa “membeku” saat pelecehan tersebut terjadi.

Nina Jane Patel pun menceritakan kejadian itu dalam sebuah posting. Namun, banyak orang yang justru menyalahkannya karena memakai avatar perempuan serta menganggap bahwa pemerkosaan di dunia virtual tidak nyata.

Di sisi lain, Nina Jame Patel merasa bahwa pelecehan yang ia dapatkan di metaverse Facebook terasa sangat mirip seperti dilecehkan di dunia nyata.

“Realitas virtual pada dasarnya telah dirancang sehingga pikiran dan tubuh tidak dapat membedakan pengalaman virtual/digital dari yang nyata,” katanya. “Dalam beberapa kapasitas, respons fisiologis dan psikologis saya seolah-olah itu terjadi dalam kenyataan.” {sindo}