Tekno  

Kontroversi Ibadah Haji di Metaverse, Sah atau Tidak?

Seteleh muncul gereja di metaverse, kini diikuti kemungkinan mengunjungi Ka’bah secara virtual.

Metaverse merupakan bagian internet dari realitas virtual bersama yang dibuat semirip mungkin dengan dunia nyata. Ini adalah dunia imajinasi yang disuport dengan data yang real. Di Metaverse orang bisa melakukan transaksi atau berkegiatan apapun secara virtual.

Namun Kepresidenan Urusan Agama Turki (Diyanet) mengatakan mengunjungi Ka’bah melalui metaverse bukan haji sebenarnya.

“Mengunjungi Ka’bah dapat dilakukan di metaverse, tetapi itu tidak akan dianggap sebagai “haji yang sebenarnya,” kata Kepresidenan Urusan Agama Turki (Diyanet) setelah diskusi selama sebulan.

Diskusi dimulai ketika Arab Saudi membawa situs tersuci Islam ke dalam metaverse pada Desember 2021 lalu. Dengan memanfaatkan platform tersebut memungkinkan umat Islam untuk melihat Ka’bah secara virtual dari rumah.

Acara metaverse tersebut diberi tajuk “Virtual Black Stone Initiative” dimana pengguna bisa melihat Hajr Aswad yang ada di salah satu sudut Ka’bah secara virtual.

“Inisiatif ini memungkinkan umat Islam untuk melihar Hajr Aswad secara virtual sebelum ziarah ke Mekah,” kata pejabat Saudi dalam sebuah pernyataan saat mengumumkan inisiatif tersebut.

Namun, inisiatif tersebut menimbulkan kontroversi apakah “haji di metaverse” dapat dianggap sebagai ibadah yang nyata. Pertanyaan tersebut sempat dilontarkan umat Muslim di Turki pada Diyanet.

“[Haji di metaverse] ini tidak dapat terjadi,” kata Remzi Bircan, direktur Departemen Layanan Haji dan Umrah Diyanet, seperti dikutip dari Hurriyet Daily News (4/2/2022).

“Orang-orang beriman dapat mengunjungi Ka’bah di metaverse, tetapi itu tidak akan pernah dianggap sebagai ibadah yang nyata,” katanya dan menambahkan: “Kaki orang harus menyentuh tanah.”

Menurut Bircan, haji harus dilakukan dengan pergi ke kota suci dalam kehidupan nyata. Dia mengatakan inisiatif Saudi mungkin diluncurkan sebagai promosi.

Bircan mencontohkan Museum Arkeologi di Istanbul, “Seperti berkeliling museum dengan kacamata VR [Virtual Reality], orang Saudi memulai program perjalanan virtual ini untuk mempromosikan Ka’bah.”

Alih-alih religius, acara tersebut sepenuhnya merupakan “inisiatif informatif.” Proyek ini direalisasikan oleh Badan Urusan Pameran dan Museum Arab Saudi, bekerja sama dengan Universitas Umm al-Qura.

Pengadaan proyek ini adalah Haramain, yang dapat diterjemahkan sebagai “dua tempat suci,” mengacu pada Mekah dan Madinah dan khususnya dua masjid suci di kota-kota tersebut.

Proyek ini diperkenalkan dalam sebuah upacara pada 14 Desember 2021, dengan kehadiran Abdul-Rahman al-Sudais, presiden umum Haramain.

Abdullah Tırabzon, seorang akademisi dari Fakultas Teologi Universitas Istanbul, sependapat dengan Diyanet. Dia mengatakan bahaya dan risiko metaverse dalam istilah agama.

“Jika seseorang muncul dengan gagasan ‘haji di metaverse’ hari ini, maka besok yang lain bisa terpental dengan gagasan ‘sholat di metaverse.’ Ini semua adalah pemikiran yang kadaluwarsa.” {techno}