News  

Wacana Duet AHY-Anies, Politik Zig Zag Demokrat

Partai Demokrat menawarkan wacana duet AHY-Anies atau AHY-Ganjar. Alasannya, AHY Ketua Umum partai. AHY sudah punya modal dasar. Mengoleksi 54 kursi DPR atau 9,4 persen. Kurang 10,6 persen lagi untuk memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden.

Sementara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo bukan pengendali partai. Belum punya modal partai pengusung. Sebentar lagi juga masa jabatan Anies dan Ganjar akan habis. Masa jabatan Anies Baswedan akan berakhir 16 Oktober 2022. Sedangkan masa jabatan Ganjar berakhir 5 September 2023, beberapa hari menjelang masa pendaftaran calon presiden dan wakil presiden.

Partai Demokrat mungkin beranggapan Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo akan kehilangan panggung setelah tidak lagi menjadi gubernur. Sedangkan AHY masih punya panggung sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

Menurut informasi yang beredar. Setidaknya ada 3 (tiga) partai yang akan mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden. Ketiga partai tersebut telah melampaui ambang batas minimal atau presidential threshold, yaitu 22,2 persen. Kabarnya lagi, bulan depan Partai NasDem secara resmi akan mengumumkan calon presiden. Santer disebut nama Anies Baswedan sebagai calon presiden Partai NasDem.

Dengan dukungan 3 partai tanpa koalisi dengan Demokrat, Anies Baswedan terbilang sudah aman walaupun Anies Baswedan bukan anggota partai, bukan pula pengendali partai. Bandingkan dengan AHY yang baru mengoleksi 9,4 persen. Butuh perjuangan untuk bisa lolos presidential threshold 20 persen.

Berbeda dengan Ganjar Pranowo. Belum terdengar partai yang akan mengusung Ganjar sebagai calon presiden. Partai tempat bernaung Ganjar, yaitu PDIP kabarnya akan mengusung Puan Maharani mendampingi Prabowo Subianto di Pilpres 2024.

Seperti diakui pula oleh Syahrial Nasution, Deputi Analisis Data dan Informasi Balitbang DPP Partai Demokrat bahwa Anies Baswedan telah memiliki jaringan relawan yang tersebar di seluruh Indonesia. Mesin relawan Anies Baswedan telah bekerja melengkapi kerja partai parlemen. Bahkan secara diam-diam ada organisasi relawan Anies terafiliasi dengan tokoh ketiga partai tersebut.

Alasan lainnya, AHY punya elektabilitas mumpuni. Sayangnya, elektabilitas AHY terpaut jauh dari elektabilitas Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Bisa jadi wacana ini sebagai cek gelombang untuk meningkatkan elektabilitas AHY.

Adalah Syahrial Nasution yang melontarkan wacana duet Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Menurut Syahrial, selain dengan Anies, ada juga hasrat sejumlah pihak untuk menduetkan AHY-Ganjar Pranowo 2024 mendatang.

Wacana duet AHY-Anies mungkin bisa diartikan sebagai politik zig zag Partai Demokrat. Sebenarnya Partai Demokrat bukan mengejar posisi nomor satu. Melainkan membidik nomor dua, calon wakil presiden.

Wacana AHY-Anies untuk memancing partai politik yang disebut-sebut akan mendukung Anies Baswedan agar segera mengumumkannya sebelum masa jabatan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta berakhir 16 Oktober 2022 yang akan datang. Tentu saja agar tidak kehilangan momentum. Trend elektabilitas Anies pun terjaga.

Mungkin pula diartikan sebagai bargaining position. Jangan anggap remeh AHY dan Partai Demokrat yang bisa saja bikin kejutan politik di detik-detik akhir jelang pendaftaran calon presiden dan wakil presiden September 2023. Ibarat kata pepatah. Sambil menyelam minum air.

Bandung, 8 Syawal 1443/9 Mei 2022
Tarmidzi Yusuf, Pegiat Dakwah dan Sosial