News  

Harga Cabai dan Bawang Naik, Pedagang Jual Butiran, 1 Butir Rp.500

Harga cabai, bawang, dan berbagai macam bumbu dan sayuran kebutuhan di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat merangkak naik.

Pedagang di tingkat hulu hingga hilir menjerit. Mereka terpaksa bertahan dan memutar otak agar tetap dapat berjualan, mendapat untung, dan utamanya membantu kebutuhan warga sekitar.

Seperti dilakukan oleh Leli (35) dan Miken (39), sepasang suami istri yang berjualan sayuran di Perum Taman Pelangi, Desa Kejuden, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Keduanya merupakan penjual tingkat hilir yang daganganya langsung dibeli ibu-ibu rumah tangga sekitar perumahan.

Diduga karena Faktor Cuaca Kepada , keduanya bercerita sudah tidak melayani pembelian cabai, bawang, dan sayuran dengan timbangan gram sejak harga naik.

Mereka menjual bahan pangan tersebut dengan takaran butir atau potongan.

Leli memberi contoh, cabai rawit merah atau biasa dikenal cabai setan dia jual satu butir berukuran besar dan bagus Rp 500 perbutir.

Sedangkan ukuran kecil dia jual di bawah Rp 500. Sehingga dalam satu plastik, per- Rp 2.000 hanya ada sekitar empat hingga lima butir cabai setan.

“Ini satu plastik ini Rp 2.000, mas. Isinya empat butir, ada yang lima butir, atau beberapa butir cabai di atasnya bergantung ukuran,” kata LeliĀ  saat ditemui di warungnya, Jumat (10/6/2022) pagi.

Tidak hanya cabai rawit, dia juga menjual bawang merah dengan cara atau metode serupa.

Dia menjual empat sampai lima butir bawang merah seharga Rp 2.000 atau Rp 500 per butir.

Begitupun dengan sayuran, dijualnya sudah dalam bentuk dipotong sesuai ukuran masing-masing.

Ini karena harga kol yang awalnya Rp 5.000 per kg, hari ini naik menjadi Rp 20.000 perkilogram.

Wortel yang semula Rp 7.000 kini Rp 15.000, daun bawang naik menjadi Rp 5.000 dari yang sebelumnya bisa mencapai Rp 2.000 perkilogram.

Metode penjualan seperti ini Leli lakukan agar tetap dapat berjualan.

Ini juga dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan ibu ibu rumah tangga di sekitar perumahan.

“Sebetulnya sangat bingung, Mas. Belanja semuanya mahal.

Akhirnya, tetap belanja dan berjualan meski untung sedikit.

Niatnya biar tetap bisa bantu kebutuhan ibu-ibu rumah tangga di Taman Pelangi,” kata Leli .

Kondisi harga yang mahal ini banyak pedagang memilih untuk tidak berbelanja.

Karena saya beli yang turun. Bahkan banyak yang tidak melayani eceran, tetap harus menggunakan takaran dengan alasan tidak mendapatkan untung.

Miken, suami Leli menambahkan, sebagai tim yang belanja dia harus menambah modal dari yang semula Rp 1.000.000 bisa mencapai Rp 2.000.000 persatu kali belanja.

Miken mastikan tidak ada satupun kebutuhan bumbu dapur dan sayuran yang yang tidak naik.

Kenaikan melebihi 100 persen tiap item atau jenis. Anehnya kenaikan ini terus berlangsung lama sejak menjelang lebaran-setelah lebaran-hingga hari ini.

Menurut Miken, biasanya harga naik menjelang lebaran saja. “Saya juga tidak tahu kenapa harga terus naik.

Sampai hari ini cabai rawit merah tembus Rp 110.000 dari yang kemarin Rp100.000.

Akhirnya kita harus tambah modal. Yang tadinya bisa banyak, sekarang hanya dapat itu itu saja,” kata Miken.

Leli dan Miken, sebagai penjual di tingkat hilir, atau perumahan, memohon stabilitas harga oleh pemerintah.

Pasalnya, mata rantai putaran ekonomi yang berada di bagian paling hilir ini, menjerit dan bersedih karena selain mahal, penjualan nya juga sepi.

Try lestari, salah satu ibu rumah tangga di Perumahan Taman Pelangi Desa Kejuden Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon, mengeluh dengan kondisi harga-harga yang terus naik.

Biasanya dia bisa membeli cabai Rp 15.000 untuk seperapat ini hanya 5 sampai 10 butir cabai.

Baca juga: Harga Cabai Rawit di Bojonegoro Tembus Rp 100.000 Per Kilogram Begitupun harga bawang yang biasa Rp 10.000 seperapat kini hanya 5 sampai 10 butir bawang.

Uang senilai Rp 15.000 tidak bisa mendapatkan bahan masakan yang lengkap, bahkan jauh dari lengkap, hanya mendapatkan cabai dan bawang.

Akibatnya, pembelian sayur sop, tahu, tempe, dan lauk lainnya menghabiskan biaya sampai Rp30.000.

Kondisi ini menyulitkan banyak ibu ibu rumah tangga lainya. “Imbasnya sangat terasa Mas, harga harga yang naik membuat kami nambah uang belanja,” kata TryLeli, Miken, Try Lestari dan juga ibu ibu perumahan di tingkat rantai pengguna sayur mayur memohon kepada pemerintah untuk menstabilkan harga harga kebutuhan saat ini.

Menurut mereka, kenaikan harga yang melambung tinggi ini sangat menyulitkan karena terjadi di seluruh item atau jenis kebutuhan pokok.(Sumber)