News  

Peneliti LPEM UI: Ekspor CPO Perlu Naik Hingga 17 Kali Lipat Untuk Dongkrak Harga TBS

Ketua Tim Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEB UI, Eugenia Mardanugraha mengatakan bahwa untuk mendongkrak harga tandan buah segar (TBS) petani sawit, diperlukan peningkatan ekspor CPO dalam jumlah yang besar.

Dari penelitiannya, untuk setiap peningkatan ekspor CPO 1 persen maka dapat mendongkrak harga TBS hingga 0,33 persen. Dari hasil penelitian itu, dia mengatakan volume ekspor yang dibutuhkan akan sangat besar.

“Besaran ekspor yang diperlukan untuk meningkatkan harga TBS dari Rp 861 per kg (asumsi harga petani swadaya per 9 Juli 2022) menjadi Rp 2.250 per kg, butuh peningkatan ekspor sebesar 1.740 persen atau 17 kali lipat,” kata Eugenia pada webinar yang digelar Majalah Sawit Indonesia, Senin (1/8).

Eugenia menjelaskan bahwa peningkatan ekspor yang besar tersebut dapat ditekan apabila harga TBS petani tidak jatuh terlalu dalam.

Hasil penelitiannya mensimulasikan, dari asumsi harga TBS petani plasma yang sebesar Rp 1.261 per kg untuk naik menjadi Rp 2.250 per kg, maka peningkatan ekspor yang diperlukan hanya sebesar 479 persen atau 4 kali lipatnya saja.

Menurutnya, peningkatan ekspor tersebut lebih memungkinkan karena Indonesia pernah mencapai peningkatan ekspor CPO sebesar 211 persen. Meskipun butuh waktu tujuh tahun, yakni pada April 2014 ekspor CPO Indonesia mencapai 1,37 juta ton menjadi 4,27 juta ton pada Agustus 2021.

“Kalau kita memulai dari harga awal TBS Rp 1.380 per kg, maka dengan meningkatkan ekspor 200 persen atau sekitar 2 kali lipat kita bisa mencapai harga TBS yang sesuai dengan harapan petani,” ujarnya.

Namun dia menjelaskan ada sejumlah persoalan yang menghambat, salah satunya adalah disparitas harga antara TBS petani swadaya dengan petani plasma.

Di mana semakin rendah harga TBS petani swadaya, maka peningkatan ekspor yang dibutuhkan juga semakin besar.

“Untuk mencapai harga yang diharapkan petani sawit, harus diupayakan agar harga awal TBS sebesar Rp 1.380 per kg. Antara lain dengan memperkecil disparitas harga TBS petani swadaya dan plasma, yang saat ini sekitar Rp 400 per kg,” ujarnya.(Sumber)