News  

Sejarah Saparan Yaqowiyu, Acara Berbagi Kue Apem Ki Ageng Gribig Di Jatinom

Yaqowiyu merupakan tradisi atau festival yang diadakan setiap bulan Sapar di Jatinom, Klaten. Ciri khas tradisi Yaqowiyu adalah penyebaran kue apem yang terbuat dari tepung beras.

Tradisi ini berawal dari Ki Ageng Gribig yang pulang setelah menunaikan ibadah haji di kota Mekkah. Setelah itu, Ki Ageng Gribig mengamanatkan untuk mengadakan tradisi ini setiap tahunnya.

Asal-usul Tradisi Yaqowiyu

Yaqowiyu merupakan sebuah tradisi yang kali pertama diperkenalkan oleh Ki Ageng Gribig. Ki Ageng Gribig adalah ulama besar di daerah Klaten dan sekitarnya yang berperan menyebarkan Islam.

Tradisi Yaqowiyu bermula ketika Ki Ageng Gribig pulang dari menunaikan ibadah Haji. Ki Ageng Gribig membawa oleh-oleh berupa kue apem dan akan dibagikan kepada saudara, murid, dan tetangganya.

Namun, oleh-oleh yang dibawa Ki Ageng Gribig tidak cukup, ia kemudian meminta keluarganya untuk membuat kue apem untuk dibagikan. Sejak 1589 Masehi atau 1511 Saka, Ki Ageng Gribig selalu membagi-bagikan apem kepada orang-orang di sekitarnya.

Mulai saat itulah, Ki Ageng Gribig mengamanatkan kepada masyarakat Jatinom, Klaten, untuk memasak sesuatu sebagai sedekah kepada masyarakat yang membutuhkan. Amanat Ki Ageng Gribig inilah yang kemudian mengawali tradisi Yaqowiyu.

Nama Yaqowiyu

Tradisi Yaqowiyu diambil dari bagian akhir doa memohon kekuatan dalam bahasa Arab, yakni yaa qowiyyu, yaa aziz, qowwina wal muslimiin, yaa qowiyyu warzuqna wal muslimiin. Selain itu, penggunaan kue apem dalam tradisi ini memiliki maksud tersendiri. Kue Apem diambil dari kata bahasa Arab, yakni affum.

Kata affum memiliki makna maaf. Oleh sebab itu, makanan yang dibagikan dalam tradisi ini kemudian disebut dengan apem Yaqowiyu. Tradisi Yaqowiyu ilakukan setiap bulan Sapar dalam penanggalan Jawa.

Masyarakat kemudian percaya bahwa kue apem Yaqowiyu dapat membawa kesejahteraan bagi mereka yang mendapatkannya. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini kemudian menjadi festival unggulan di Klaten.

Bahkan, masyarakat di daerah sekitarnya, seperti Boyolali, Solo, Sragen, hingga Yogyakarta datang ke Klaten untuk ikut festival atau tradisi Yaqowiyu. {politiknesia}