News  

BMKG Tegaskan Kabar Gempa Megathrust Akhir Februari Hoaks

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan kabar beredar tentang prediksi gempa bumi megathrust yang akan terjadi pada akhir Februari adalah kabar bohong atau hoax. BMKG meminta masyarakat untuk tidak menyebarkan ulang informasi tersebut.

Deputi Bidang Geofisika, Muhammad Sadly, mengatakan sampai saat ini belum ada alat maupun teknologi yang bisa memprediksi secara akurat gempa bumi. Kabar mengenai gempa tersebut mengutip situs Ditrianum yang berbasis di Belanda dan memprediksi gempa berdasarkan geometri planet.

“Gempa bisa terjadi sewaktu-waktu, kapan saja dan dimana saja. Namun, perlu saya tegaskan bahwa hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi gempa secara akurat dan presisi,” kata Sadly dalam keterangannya, Sabtu (16/2/2019).

Kendati demikian, BMKG meminta masyarakat untuk tetap waspada potensi terjadinya gempa bumi di seluruh wilayah Indonesia. Hal itu disebabkan Indonesia terletak di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi Cincin Api Pasifik dan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yakni, Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur.

“Fakta inilah yang perlu dipahami secara menyeluruh oleh masyarakat sehingga tidak dengan mudah mempercayai prediksi-prediksi gempa bumi yang beredar di sosial media dari orang perorang atau lembaga yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara keilmuan,” imbuhnya.

Selain itu, Sadly juga meminta masyarakat untuk tetap waspada engenai potensi gempa di wilayah Kepulauan Mentawai. Kepulauan Mentawari merupakan salah satu dari delapan zona kegempaan megathrust yang harus diwaspadai.

“Zona megathrust Mentawai merupakan zona yang paling diwaspadai lantaran di wilayah tersebut tersimpan energi besar yang belum terlepaskan dalam kurun waktu lama,” tuturnya.

Menurut Saldy, gempa bumi yang terjadi akhir-akhir ini sepanjang jalur subduksi (megathrust) merupakan suatu proses lepasnya kuncian-kuncian yang selama ini menghambat pergerakan tektonik pada zona seismik tersebut. BMKG telah melakukan langkah antisipasi dan mitigasi gempa bumi dan tsunami melalui sekolah lapang gempa (SLG) dan pemasangan 50 unit sensor Earthquake Early Warning System (EEWS) yang ditempatkan di sekitar Kepulauan Mentawai dan pesisir Sumatera Barat.

“Rencana pemasangan sensor EEWS ini merupakan program yang telah lama dilakukan BMKG dan tidak ada hubungannya dengan isu/hoax ini,” tutur Sadly. [detik]