News  

Puisi Fadli Zon, Doa yang Ditukar Masih Jadi Polemik

Puisi Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon berjudul “Doa yang Ditukar” masih saja menjadi polemik. Banyak pihak menilai puisi tersebut telah menghina Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar, Rembang, Jawa Tengah, KH Maimun Zubair atau karib disapa Mbah Moen. Sejumlah pihak melayangkan protesnya dan tuntut Fadli Zon minta maaf.

Reaksi keras muncul dari kalangan PBNU, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj menegaskan NU marah besar terhadap Fadli Zon yang menciptakan puisi ‘Doa yang Ditukar’. PBNU menyebut puisi Fadli sengaja untuk melecekan KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen.

“NU marah, NU marah, Kiai Maimoen dilecehkan,” tandas Said kepada wartawan di Rakornas ke-IV NU Care-Lazisnu di Pondok Pesantren Pangeran Diponegoro, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (15/2/2019).

Said menilai Fadli tidak mencerminkan sebagai orang yang beradab dan berakhlak. Said menyebut sebagai orang yang lebih muda, Fadli seharusnya menghormati orang tua. Apalagi Mbah Moen merupakan tokoh ulama sepuh.

Tak cukup, sejumlah santri di sejumlah daerah hari ini serentak menggelar aksi memprotes dan mengecam politisi Partai Gerindra Fadli Zon yang dinilai sering menghina dan melecehkan kiai NU. Demo serentak itu antara lain dilakukan di Karawang, Banten, dan Bogor.

Santri se-Kabupaten Bogor hari ini selain menyatakan protes juga mendeklarasikan pindah haluan dalam pilpres 2019.

Ustadz Rahmatullah Koordinator Aliansi Santri Bela Kiai (ASBAK) mengatakan, puisi yang menyudutkan ulama sepuh KH Maimoen Zubair itu menimbulkan polemik di kalangan santri, tak terkecuali kaum santri di Kabupaten Bogor.

Karena itu, sedikitnya 5.000 santri se-Kabupaten Bogor berkumpul di Lapangan Tegar Beriman Bogor, Jum’at (15/2) melakukan Aksi Bela Mbah Moen. Dalam aksi tersebut para santri menumpahkan kekecewaannya kepada Fadli Zon yang telah menistakan Mbah Moen.

Sementara itu putri bungsu Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Inayah Wahid memberikan tanggapan mengenai puisi Fadli tersebut, namun Inayah enggan berkomentar lebih jauh. Dia tidak mau ikut terlibat dalam pusaran dua kubu, baik TKN dan BPN yang tengah berkompetisi di Pilpres 2019.

Inayah mengatakan, urusan membuat sebuah karya adalah hak dari seseorang. Soal puisi yang dibuat menuai polemik dan ketidaksukaan dari pihak tertentu adalah bagian dari konsekuensi yang harus diterima si pembuat.

“Saya gini, saya nggak mau berhubungan antara dua kubu itulah, sak karep-karepmu. Gini, dia punya hak untuk bikin puisi itu. Perkara ada yang tersinggung atau nggak, ya dia mesti terima juga,” kata Inayah dikutip dari tribunnews.com.

Beberapa hari sebelumnya pihak keluarga KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) berharap warga masyarakat utamanya para santri agar menyudahi polemik puisi ‘Doa yang Ditukar’ buatan Fadli Zon. Kondisi tersebut dirasa dapat mempengarahui stabilitas keamanan pada penyelenggaraan Pemilu nantinya.

“Ini sudahlah, namanya aja Pemilu. Soal doa mbah Moen itu nggak usah dipanjang-panjangkan. Pemilu ini mari kita jalankan secara damai, dan wujudkan pemilu yang berkualitas,” kata putra Mbah Moen, KH Majid Kamil MZ dikutip dari detikcom, Selasa (12/2/2019).

Hal serupa dikatakan Taj Yasin Maimoen Zubair, adik dari Gus Kamil. Ia pun menyebut, saat ini selayaknya masyarakat memikirkan bagaimana caranya nanti agar seluruh TPS yang ada dapat dipenuhi pemilih. Bukannya membahas permasalahan yang tak ada hentinya.

“Sudahlah ini nggak perlu diperpanjang lagi. Yang terpenting sekarang, bagaimana kita mendorong masyarakat Jawa Tengah untuk berbondong-bondong datang ke TPS nanti saat penyelenggaraan Pemilu,” terang Gus Yasin yang juga menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa tengah saat berkunjung ke Kabupaten Blora, Selasa (12/2/19).