Tragedi Kanjuruhan, Presiden Arema FC Gilang Widya Pramana Menangis dan Minta Maaf

Presiden Arema FC, Gilang Widya Pramana, meminta maaf atas insiden yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10) lalu. Pihaknya pun siap menerima konsekuensi atas tragedi tersebut.

Dalam konferensi pers yang berlangsung di kantor Arema FC, Senin (3/10), Gilang juga tak kuasa menahan air matanya saat memberikan pernyataan soal insiden Kanjuruhan.

“Ini di luar nalar kami semua. Ini pendukung kami semua, tanpa pendukung tim lawan, tapi ada insiden yang luar biasa. Kejadian yang mungkin tidak ada di dunia. Saya benar-benar meminta maaf kepada keluarga, kepada masyarakat Indonesia, kepada semua tim Liga 1, PSSI, Kepolisian, atas kejadian yang menimpa Arema FC,” tutur Gilang.

“Setiap nonton pertandingan Arema juga saya sering keliling dan menyapa semua suporter. Mereka semuanya engga ada yang anarkis semuanya adalah suporter yang baik. Arema adalah suporter yang bijak.”

“Saya tidak menyangka bisa terjadi seperti ini. Jadi, sekali lagi, saya mohon maaf, Arema mohon maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia,” sambungnya.

Gilang mengaku siap bertanggung jawab dan menerima sanksi apa pun imbas peristiwa tersebut. Jajarannya pun akan memberi santunan kepada para keluarga korban meninggal dan luka-luka.

“Kemarin saat diwawancara oleh salah satu stasiun televisi, saya menyampaikan sanksi dari komdis yaitu perihal larangan bermain selama semusim. Dan saya bilang, bahwa saya siap menerima apa pun sanksinya, kami terima,” tutur pengusaha asal Malang tersebut.

“Kami bertanggung jawab secara moral kepada pihak keluarga. Kami akan memberi santunan bagi korban meninggal diberikan sekitar Rp 10 juta, untuk korban luka berat kami beri Rp 5 juta, dan korban luka ringan kami kasih Rp 2 juta.

Itu mulai diberikan hari ini, dan insyaAllah selama seminggu bisa dituntaskan,” lanjut Presiden Arema FC.

Terakhir, Gilang juga berharap bahwa insiden ini jadi yang terakhir kali di dunia sepak bola. Ia tak ingin ada lagi laga olahraga yang menelan nyawa manusia.

“Dan juga [semoga] tidak ada lagi nyawa yang menghilang dalam sepak bola. Nyawa lebih berharga dari sepak bola,” pungkasnya.

Sementara itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit memberikan update jumlah korban tewas terkait insiden Kanjuruhan, Malang, Jatim. Kapolri mengatakan, sejauh ini jumlah korban tewas 125 orang.

“Tim DVI mengantongi identitas korban. Hasil verifikasi terakhir dengan data Dinkes kabupaten/kota terkonfirmasi sampai saat ini korban meninggal dari awal disebut 129, saat ini data terakhir jumlahnya 125. Karena ada yang tercatat ganda,” kata Kapolri di Stadion Kanjuruhan, Minggu (2/10) malam.(Sumber)