News  

Rupiah Menuju Rp.16.000, Siap-Siap Jadi Mata Uang Terburuk di ASEAN

Nilai tukar rupiah terus melemah hingga menyentuh level terendah dalam 2,5 tahun terakhir. Di kawasan ASEAN, kinerja rupiah hanya lebih baik dari Dong Vietnam.

Merujuk data Refinitiv pukul 10: 48 WIB, rupiah bergerak di posisi Rp 15.572/US$1. Nilai rupiah sudah jatuh 0,49% dibandingkan hari sebelumnya. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 16 April 2020 atau 2,5 tahun terakhir, di mana rupiah saat itu menyentuh Rp 15.600/US$.

Rupiah juga sudah ambruk 1,36% sepekan dan ambles 2,23% dalam sebulan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Rupiah memang bukan satu-satunya nilai tukar yang melemah di ASEAN atau pun Asia. Namun, pelemahan rupiah kali ini terbilang cukup besar dibandingkan negara tetangga.

Dalam sepekan, baht Thailand hanya melemah 0,96% sementara ringgit Malaysia melandai 0,78%. Peso Filipina melemah 0,05%, Kip Laos turun 0,27%, dan riel Kamboja menyusut 0,15%.

Di kawasan ASEAN, hanya dolar Singapura dan dolar Brunei yang menguat. Dalam sepekan, dolar Singapura menguat 0,22% sementara dolar Brunei menanjak 0,23%.
Dari 10 negara ASEAN, kinerja rupiah hanya lebih baik diubandingkan dong Vietnam yang ambruk 1,78% sepekan.

Mata uang negara Asia lain juga tumbang di hadapan dolar AS hari ini. Yen Jepang ambruk 1,8% dalam sepekan, sementara rupee India ambles 1,01%, won Korea menyusut 0,2%, dan renminbi China melandai 0,96%.

Performa rupiah ini berbanding terbalik dengan awal hingga pertengahan September di mana mata uang Garuda bersinar. Pada awal September, rupiah menjadi salah satu yang terbaik di Asia.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan kondisi rupiah saat ini masih undervalued. Hal ini dipicu oleh faktor sentimen dari flight to quality yang dilakukan investor asing.

“Bukan semata-mata rupiah saja, yen saja, sterlingnya saja. Ini karena investor global akan masuk kepada safe haven, pada saat ketidakpastian sangat tinggi,” ujar Josua dalam Closing Bell CNBC Indonesia TV, dikutip Kamis (20/10/2022).

Kenaikan suku bunga acuan The Fed, juga membuat investor memilih memegang dolar.

“Maka dari ituliquidity is the kingsaat ini,” tegas Josua.(Sumber)