Muhammad Fauzi, Pahlawan Kesejahteraan Dari Tana Luwu

Bibirnya selalu tersungging. Nada bicara rendah dan selalu bersikap merendah kepada semua orang. Pun, kepada konstituen di daerah pemilihan (dapil) III di wilayah Luwu Raya dan sekitarnya. Sosok itulah yang dimiliki Abang Fauzi – panggilan akrab Muhammad Fauzi.

Di mata warga, anggota Komisi V DPR-RI ini terbilang sangat dekat. Setiap dia ke Luwu Raya, pria berkacamata ini tak pernah luput menyempatkan diri untuk berkunjung ke desa atau sakadar silaturahmi.

Di desa atau pelosok, Abang Fauzi rela menyatu dengan warganya sekalipun kondisinya tidak layak. “Beliau (Abang Fauzi) murah senyum dan orangnya humble.

Mudah bergaul dengan siapa pun,” kata Jaya, warga Masamba yang memiliki warung makan tak jauh dari pasar Masamba.

Jaya mengaku tak mengenal jauh pribadi Abang Fauzi. Tetapi, sosoknya yang sederhana membuat warga di bilangan Pasar Masamba merasa dekat.

“Beliau kerap datang bersama rombongan untuk makan di warung ini. Padahal, warung ini sangat sederhana. Itu berarti sosoknya tidak pilih kasih,” terang Jaya yang mengaku sudah 30 tahun menetap di Masamba.

Jaya bukan satu-satunya warga yang memuji sosok Abang Fauzi. Di kalangan ema-emak, Abang Fauzi juga punya kepedulian besar.

Suami dari bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani ini, kerap menjadi “rebutan” emak-emak di saat melakukan kunjungan kerja atau silaturahmi dengan masyarakat di wailayah Luwu Raya.

Abang Fauzi tidak sekadar bertandang ke rumah warga. Sebagai perwakilan rakyat di Dapil III, pria kelahiran Jakarta 6 September 1968 ini wajib menampung persoalan yang membelit warga di daerah.

“Abang Fauzi sangat perhatian dengan kami di daerah. Persoalan kecil sekalipun itu dikomunikasikan dengan pemerintah daerah untuk dicarikan solusi,” ujar Marwah, aktivis perempuan di Luwu Timur.

Abang Fauzi, kata Marwah, punya tanggung jawab besar terhadap daerah di Luwu Raya dan sekitarnya.

Sosok wakil rakyat ini, kata dia, tidak hanya sekadar berjanji sebagai politisi di saat pemilihan legislative, tetapi Abang Fauzi benar-benar ingin melihat daerah ini berkembang, baik dari sisi ekonomi maupun bidang infrastruktur.

Banyak hal yang dianggap pekerjaan rumah Abang Fauzi yang harus menjadi perhatiannya untuk wilayah Luwu Raya.

Misalnya, pembangunan bendungan Baliase di Lutra, desa terpencil Seko, Rampi, perkembangan jembatan Sungai Pareman Cilellang yang amblas, dan pengerjaan drainase dalam kota di wilayah Luwu.

“Semua ini harus diperhatikan secara khusus,” kata Abang Fauzi saat rapat kerja dengan Menteri PUPR lalu.

Bagi dia, menyerap dan menyampaikan aspirasi dari masyarakat memang menjadi tugas dan kewajibannya. “Ini saya lakukan semata-mata hanya untuk kesejahteraan masyakarat,” tambah Abang Fauzi.

Karir Mencor

Abang Fauzi lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang polisi berdarah Aceh, sedangkan ibunya asli Betawi.

Dia terdidik dari tempaan orangtua yang disiplin dan agamais. Sejak kecil, dia punya kebiasaan bersedekah yang sampai hari ini menjadi prinsip hidupnya.

Pegangan hidup itu dipetik dari sosok ulama di lingkungan padat penduduk – bilangan Kwitan Jakarta. “Ada dua

pesan dari sang ustaz yang tidak bisa saya lupakan. Usahakan orang tua kita jadikan keramat dunia – menempatkan kedua orangtua kita apalagi ibu untuk dihormati dan layani sebagaimana ia membesarkan kita,” tuturnya.

Selain itu, lanjut dia, berusaha setiap hari untuk bersedekah sesuai kemampuan, terutama untuk rumah ibadah, masjid, dan musala. “Ini yang menjadi pegangan saya,” tambahnya.

Perjalanan politik Abang Fauzi terbilang mencor. Saat masih kuliah, Abang Fauzi aktif berorganisasi di Himpinan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jakarta.

Ia juga pernah menjadi ketua sejumlah organisasi mahasiswa lainnya. Dengan bekal itu, dia kemudian mencoba peruntungan dengan bergabung ke dunia politik praktis melalui Partai Bulan Bintang (PBB).

Berbekal pengalaman di partai berlambang bulan sabit itu, Abang Fauzi banyak mengenal tokoh-tokoh nasional, seperti Yusril Ihza Mahendra, MS Kaban, Hamdan Soelva, dan sederet nama di partai itu.

 

“Saya terbilang generasi pertama di PBB, sehingga banyak tahu dinamika partai,” papar Abang Fauzi.

Bukan hanya itu, Abang Fauzi sempat tercatat menjadi Ketua Umum Pemuda Bulan Bintang menggantikan Hamdan Zoelva, dan menjadi anggota DPR di Senayan.

Setelah satu periode di Senayan, Abang Fauzi punya keputusan politik untuk kembali ke dunia bisnis dan tidak lagi menjadi bagian dari Partai Bulan Bintang.

Sejak istrinya terpilih menjadi wakil bupati Luwu Utara, Abang Fauzi kembali terjun di dunia politik, hingga terpilih menjadi ketua DPD II Partai Golkar Luwu Utara.

Di tangan dinginnya memimpin partai berlambang pohon beringin itu, Abang Fauzi mendapat tiket untuk berkompetisi sebagai caleg DPR di dapil Sulsel III.

“Mungkin saya dijadikan caleg DPR RI dari Partai Golkar daerah Sulawesi Selatan adalah bentuk apresiasi partai, khususnya dari Pak Nurdin Halid karena mendapat suara besar di dapil ini,” ungkap Abang Fauzi.

Dalam Pileg 2019 lalu, Partai Golkar di Luwu Utara menambah jumlah kursi di parlemen dari tujuh kursi menjadi delapan kursi.

Setelah kembali ke Senayan, Abang Fauzi optimistis bisa menjalankan tugas sebagai wakil partai maupun masyarakat pemilihnya.

Sederet perjuangan yang bisa dibawa ke dapil melalui perjuangan Abang Fauzi di Senayan. Misalnya, selama tahun 2021, program padat karya revitalisasi seperti drainase, itu tersebar di beberapa daerah, seperti di Kabupaten Luwu Utara panjang drainase 900 meter dengan anggaran Rp750 juta. Di titik Rantepao-Palopo, panjang 1.050 meter dengan anggaran Rp1,5 miliar, di Belopa-Palopo ada Rp340 meter dengan anggaran Rp400 juta.

Bukan hanya itu, Program revitalisasi drainase ini juga ada di Kabupaten Enrekang dengan panjang drainase 1.900 meter beranggaran Rp2 miliar.

Sementara di Luwu Timur ada dua titik, Tarengge panjang drainase 500 meter dengan anggaran Rp460 juta dan proyek di Tarengge-Kayulangi, panjang drainase 1.290 meter dengan anggaran Rp1.2 miliar.

Perjuangan Abang Fauzi ini diakui tak perlu dibesar-besarkan. Mewakili masyarakat Luwu Raya dan sekitarnya, pria murah senyum ini mengaku ingin menjadi wakil rakyat yang bisa mewakili kepentingan seluruh masyarakat pemilihnya.

“Saya hanya ingin bagaimana msayarakat di Tana Luwu bisa sejahtera,” tuturnya. (rosmitha angraini sari.(Sumber)