News  

Bapak Ekonomi Kerakyatan untuk Airlangga? Memang Sangat Layak!

barat pelari marathon yang telah melihat garis finish dan bayangan bling-bling medali, mungkin begitu pula Indonesia hari ini.

Setelah sempat megap-megap sebagaimana hampir semua negara di dunia akibat serangan COVID-19, negara kita kini bisa bernafas lebih lega, terlebih dengan cerahnya harapan di depan mata.

Tetapi sebagaimana sastrawan terkemuka Cina, penulis “Catatan Harian Seorang Gila (Kuangren Riji)” yang tersohor, Lu Xun, harapan itu sejatinya seperti jalan kecil di pedalaman.

Pada awalnya tak ada jalan setapak semacam itu. Namun sesudah banyak orang berjalan di atasnya, terciptalah jalan.

Artinya, harapan seringkali tidak dibangun oleh seorang dua, melainkan oleh banyak orang. Demikian pula harapan yang menyembul optimistis di banyak dada orang Indonesia saat ini.

Salah satu persona terkemuka yang merintis optimisme itu adalah Airlangga Hartarto. Sukar untuk menafikan peran besar Airlangga dalam dua prestasi spektakuler yang ditorehkan Indonesia sepanjang pandemic COVID-19 hingga saat ini.

Keduanya itu adalah suksesnya Indonesia melewati masa kritis pandemi, serta kemampuan untuk mempertahankan kinerja ekonomi yang kinclong di tengah segala kesulitan dan bayangan resesi di masa depan yang dekat (immediate future).

Pada dua prestasi besar tersebut, sebagai menko perekonomian, tak bisa dibantah bahwa Airlangga telah berperan signifikan sebagai conductor

Bedanya, bila conductor alias dirigen hanya memberi aba-aba, memerintah musisi mana melakukan apa, selama ini publik menyaksikan Airlangga tak jarang terjun langsung untuk memastikan tuntasnya kerja.

Selama COVID-19 berkecamuk, di saat orang-orang diminta stay at home alias mendekam di rumah (“ngajedog”, kata lagu Sunda yang ngetop saat itu), Airlangga yang juga diamanahi tugas sebagai ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN​), sering dilihat publik berkantor menyelesaikan pekerjaan.

Ia bahkan diketahui pernah terpapar virus dan menderita sakit COVID. Karena itu pula, pada Januari 2021 lalu Airlangga bisa mendonasikan plasma konvalesen di markas Palang Merah Indonesia (PMI).

Sebagaimana diketahui, plasma konvalesen hanya bisa diambil dari donor orang yang pernah menderita atau penyintas COVID-19.

Dengan posisi sebagai ketua KPC-PEN itu Airlangga bisa punya ruang yang cukup untuk melakukan manuver dalam menavigasi kesehatan publik, sekaligus menjawab dan membereskan persoalan ekonomi yang mengikutinya.

Selama itu, Airlangga pula yang melakukan kebijakan “rem dan gas”, untuk tetap menyeimbangkan harmoni urusan gentingnya COVID-19 dengan keinginan masyarakat yang ingin menjalankan kehidupan secara relatif normal.

Kita bisa belajar dari kemarahan warga Cina di akhir-akhir November 2022 ini, manakala mereka merasakan kebosanan dan potensi kematian yang tinggi, justru karena terlalu ketatnya pemerintah Cina memegang kebijakan “Zero-COVID”.

“Rem dan gas” ala Airlangga itulah yang kemudian berhasil menurunkan kasus COVID-19 secara signifikan, sementara perekonomian yang sempat terkontraksi dan mencatatkan angka minus, kemudian bangkit.

“Indonesia diakui sebagai salah satu dari lima negara teratas di dunia dengan tingkat vaksinasi tertinggi. Kita telah memberikan vaksinasi lebih dari 430 juta dosis,” ujar Airlangga, Oktober 2021 lalu.

Dengan membaiknya kondisi pandemi, roda perekonomian pun kembali berputar. Pelan tapi pasti, ekonomi negara berangsur pulih.

“Pertumbuhan kita tinggi, menunjukkan pemulihan ekonomi yang lebih baik dari negara lain. Bahkan, jauh lebih baik jika dibandingkan dengan beberapa negara maju di G20,” kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dalam konferensi “APBN Kita”, Jumat (25/11) lalu.

Menurut Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi Indonesia empat kuartal berturut-turut selalu di atas lima persen, alias sudah 6,6 persen di atas level pra-pandemi.

Angka 6,6 persen yang dimaksud Sri Mulyani itu merupakan level PDB Riil secara kumulatif, sejak kuartal I hingga kuartal III tahun 2022.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2022 memang pada Kuartal I-2022 tumbuh 5 persen (year on year/yoy), meningkat menjadi 5,4 persen (yoy) pada Kuartal II-2022, dan naik lagi menjadi 5,7 persen (yoy) pada Kuartal III.

Yang membuat optimistis, kinerja perdagangan Indonesia, yang bisa dipantau dari neraca perdagangan pun sangat menggembirakan.

Sri pada Jumat lalu itu menunjukkan kinerja ekspor Indonesia yang selalu mencatatkan kenaikan double digit. Pada Oktober 2022 tumbuh 12,3 persen dan secara year to date (ytd) tumbuh 30,97 persen. Pada saat yang sama impor naik 17,4 persen atau ytd tumbuh 27,7 persen.

“Ini menimbulkan dinamika neraca perdagangan Indonesia. Sampai hari ini membukukan surplus 5,7 miliar dolar AS di Oktober. Konsisten surplus selama 30 bulan berturut-turut,” ujarnya Mbak Sri.

Untuk semua data yang menerbitkan optimisme itu Sri Mulyani tidak alpa menegaskan peran penting Airlangga.

Pada sebuah posting di akun TikTok @cloudtech22, Sri Mulyani membongkar fakta yang terjadi selama awal-awal pemberantasan COVID-19 dan pemulihan perekonomian.

“(Saat itu) saya tak pernah tahu (bagaimana) Pak Airlangga tidur, karena rapatnya itu terus, sambung-menyambung menjadi satu,” kata Sri Mulyani, berseloroh, mengambil satu lirik lagu wajib, “Dari Sabang Sampai Merauke”. “Itulah Menko Perekonomian!”

Karena itu, wajar publik pun tidak bertanya-tanya ketika awal pekan ini akademisi Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menyatakan bahwa Airlangga layak menyandang julukan Bapak Ekonomi Kerakyatan.

Semua terutama karena keberhasilannya memimpin negeri keluar dari krisis, terutama krisis COVID-19, sambil menguatkan ujung tombak pertumbuhan ekonomi nasional, yakni koperasi dan usaha mikro-kecil dan menengah (UMKM).

Hasil survei LSI Denny JA pun dari sudut pandang lain menguatkan diakuinya peran Airlangga oleh publik.

Hasil survei LSI Denny JA yang disiarkan awal November ini menyatakan kenaikan signifikan elektabilitas Partai Golkar di mata public.

Rilis hasil survei itu mengatakan, ada tiga alasan yang membuat elektabilitas Golkar meningkat. Salah satunya dikaitkan dengan kepuasan publik terhadap penanganan COVID-19 yang ditangani Ketua KPC-PEN, Airlangga Hartarto, yang jelas juga ketua umum Partai Golkar.

“Tingkat kepuasan masyarakat terhadap penanganan COVID-19 mencapai angka 76,5 persen,” tulis rilis LSI Denny JA yang kami terima awal bulan ini.

Yang kedua, unggulnya Golkar juga karena publik merasa optimistis ekonomi rumah tangga mereka di tahun depan akan lebih baik.

Angka itu berada di atas 60 persen. Selamat! Tidak hanya buat Pak Airlangga dan sekian banyak pemeran kunci dalam upaya kita bersama.

Tapi juga buat kita semua. Apa yang membuat bangun pagi kita lebih baik dibanding hari yang menerbitkan harapan? [SUMBER]