PSI Dilanda Gelombang Eksodus, Sejumlah Kader Bakal Menyusul Hengkang

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pimpinan Haji Giring Ganesha Jumaryo tampaknya bakal dilanda eksodus politik.

Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie, memberi sinyal adanya sejumlah kader PSSI yang akan menyusul keluar.

“Kami sudah mengidentifikasi dalam beberapa waktu ke depan, mungkin dalam waktu singkat, kita akan melihat lagi ada orang-orang yang tidak tahan, ternyata pengin turun di tengah jalan, dan itu nggak apa-apa. Biasa.

Dan buat kami ini justru menjadi pemurnian kepada perjuangan PSI,” kata Grace Natalie dalam sambutannya menyambut kader baru di kantor PSI, Jakarta Pusat, Jumat, 16 Desember 2022.

Demikian pernyataan yang dikutip oleh Kanal Youtube Hersubeno Point edisi Jumat (16/12/22) bersama Hersubeno Arief, wartawan senior FNN.

Grace menyatakan bahwa PSI tidak bisa menahan kader jika alasan keluar partai menyangkut masalah prinsip.

Menurutnya, fenomena kader yang keluar bukan pertama kali terjadi di PSI. Kami tidak masalah karena yang membuat mereka ingin keluar adalah hal yang sangat prinsipil.

“Jadi, teman-teman jangan kaget bahwa ini justru adalah pemurnian buat PSI, ini bukan pertama kali,” ujar Grace.

Grace kemudian menyinggung pelaksanaan Pilkada DKI 2017. Waktu itu, kata grace, ada beberapa kader yang memutuskan hengkang lantaran berbeda prinsip, dan menurut Grace PSI tegas menolak politik identitas.

Pilkada DKI Jakarta tahun 2017, kata Grace, politik identitas sangat kental sehingga di kalangan pengurus pun terjadi perpecahan.

Jika kita menyimak kalimat Grace yang mengatakan “orang-orang yang tidak tahan”, iniberarti ada lebih dari satu orang kader PSI yang akan keluar.

“Hal ini jelas akan menjadi soal yang serius bagi PSI. Apalagi yang keluar dari PSI adalah para petinggi, bahkan ada yang pernah menjadi ikon PSI,” ujar Hersubeno Arief.

Dalam dua pekan terakhir ini saja, ada dua orang petinggi PSI yang menyatakan, yaitu Ketua DPW DKI Jakarta, Michael Sianipar; dan Ketua Bidang Advokasi dan Bantuan Hukum DPP PSI, Rian Ernest.

Michael Sianipar dan dan Rian Ernest ini menambah panjang deretan petinggi PSI yang mengundurkan diri.

“Gelombang eksodus PSI jelas merupakan kabar buruk dan pukulan telak bagi partai yang menjadi tempat anak-anak muda berkumpul,” kata Hersu.

Setelah mereka dinyatakan lolos verifikasi menjadi partai peserta pemilu 2024 dan ini untuk yang kedua kalinya mereka menjadi pemilu.

Mereka ikut pemilu, tetapi tidak berhasil lolos ke Senayan karena tidak memenuhi syarat ambang batas parlementary threshold 4%. Namun mereka menempatkan banyak kadernya di sejumlah DPRD. Di DPRD DKI Jakarta saja mereka punya 8 kursi.

Banyak pengamat yang menyoroti gelombang eksodus ini karena pilihan garis politik PSI dan faktor kepemimpinan Ketua Umum saat ini, yaitu Haji Giring Ganesha Jumaryo.

PSI Jakarta, misalnya, pernah mengkritik DPW PSI karena terkesan tendensius pada Anies Baswedan.

“Pilihan politik PSI yang terkesan berada di kiri luar dan sangat memusuhi umat Islam, menjadikan PSI terjebak dalam segmen pemilih yang sangat sempit, yakni non-muslim, khususnya etnis Cina,” ujar Hersu.

Dalam beberapa momen, juga terkesan kuat PSI itu menunjukkan bahwa mereka antitesa dari PDIP.

Sekjen PDIP, Hasto Christianto, secara terbuka pernah menyatakan bahwa manuver PSI banyak merugikan PDIP, walaupun mereka itu sama-sama pendukung Jokowi.

“Posisi PSI yang sangat kiri dan narasi memusuhi Islam dan pada saat bersamaan juga melakukan manuver yang dinilai merugikan PDIP plus kepemimpinan dengan kualitas yang sangat rendah, membuat banyak kadernya, terutama mereka yang bertarung untuk memperebutkan kursi Senayan, dihadapkan pada situasi yang sulit.

Dengan posisi semacam itu, PSI menjadi sangat tidak menarik. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kemudian ditinggalkan oleh para petingginya,” pungkas Hersubeno Arief. (Sumber)