News  

Pariwisata Berkelanjutan

Sudah bukan rahasia lagi pariwisata sering dijadikan industri perusak lingkungan. Tidak sepenuhnya salah karena di beberapa negara dan juga beberapa daerah di Indonesia, peningkatan pariwisata diiringi dengan kerusakan alam. Konversi sawah dan lahan hijau menjadi lahan usaha dan penginapan, pencemaran sungai, penumpukan sampah adalah contoh nyata.

Namun tidak demikian dengan Selandia Baru, negara dimana saya tinggal selama 5 tahun dalam tugas saya sebagai Duta Besar. Alam dijaga, karena itulah jualan mereka. Tanpa alam, habis sudah dagangan mereka. Pariwisata berbasis lingkungan adalah penyumbang utama ekonomi, bergantian dengan pertanian.

Saat ini jumlah wisatawan yang berkunjung ke negeri Kiwi ini sekitar 3.5 juta. Jumlah ini sudah cukup mengkhawatirkan rakyat Selandia Baru karena penduduk mereka hanya 5 juta. Mereka tidak menghendaki jumlah wisatawan menyamai jumlah penduduk, apalagi melampaui.

Mengapa mereka khawatir? Sederhana saja, kerusakan lingkungan. Penduduk asli Selandia Baru yakni Maori adalah masyarakat yang dekat dengan alam. Mereka merawat dan menjaganya. Kerusakan alam adalah mala petaka. Penduduk kulit putih yang mayoritas menghargai dan menghormati tradisi ini. Jadilah Selandia Baru sebagai negara yang pariwisatanya maju dan berkelanjutan.

Negeri kecil yang terletak di paling selatan dunia ini bertekad menjadi pemimpin dunia untuk pariwisata berkelanjutan sebelum 2025. Dalam visi mereka disebutkan, pariwisata berkelanjutan harus berdampak pada; kemajuan ekonomi, perluasan lapangan pekerjaan, peningkatan partisipasi masyarakat, lingkungan yang terjaga dan budaya yang terus berkembang.

Meski Selandia Baru negeri kecil tapi kita sebagai negara besar jangan pernah malu untuk belajar.

Oleh Tantowi Yahya, Politisi Partai Golkar {golkarpedia}