News  

Inilah 7 Celah Ganjar-Erick Didesain Menang Pilpres 2024

Pendukung sebelah bilang. Skenario Ganjar-Erick didesain pemenang Pilpres 2024 hoaks. Sayangnya tidak disertai bukti dimana hoaksnya. Bukti desain Pilpres 2024 menangkan Ganjar-Erick lambat laun terbuka sendiri. “Mereka melakukan makar (tipu daya), dan Allah membalas makar (tipu daya) mereka itu. Dan Allah sebaik-baiknya Pembalas makar (tipu daya).” [QS. Ali Imran: 54]

Pertama, Pengakuan Mischa Hasnaeni Moein si ‘Wanita Emas’. Baik Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Hasyim Asy’ari maupun Komisioner KPU lainnya belum mengklarifikasi tudingan Hasnaeni Moein tersebut.

Malangnya, Hasyim Asy’ari diberondong dua isu sekaligus. Tersandung dugaan gratifikasi seks dari Hasnaeni Moein dan soal desain Pilpres 2024 bakal menangkan pasangan Ganjar-Erick yang ia ucapkan sendiri melalui Hasnaeni Moein.

Tabir ini terungkap setelah Hasnaeni Moein mengaku sempat dicium, diraba dan melanggar norma agama oleh Hasyim Asy’ari. Malangnya, Hasnaeni Moein sudah jatuh tertimpa tangga pula. Partainya, Partai Republik Satu sudah tidak lolos verifikasi faktual KPU sebagai peserta pemilu 2024 dan gratifikasi seks pun tidak membuahkan apa-apa bagi partainya. Betapa rendahnya harga diri dan martabat seseorang.

Kedua, Sipol yang “ngompol” dan Situng yang salah hitung. Komisioner KPU RI, Idham Holik dan sembilan anggota KPU daerah dilaporkan ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) oleh Koalisi Masyarakat Sipil Kawal Pemilu Bersih, Rabu (2112). Para komisioner KPU tersebut diadukan terkait adanya ancaman serta dugaan manipulasi data verifikasi faktual partai politik calon peserta Pemilu 2024 yang melibatkan 10 anggota KPU tersebut.

Mungkin pembaca masih ingat dengan Sistem Informasi Perhitungan Suara (Situng) KPU yang kontroversial itu. Kesalahan entri data hasil Pilpres 2019 ke Situng KPU. Kesalahan ini diakui Komisioner KPU ketika itu, Ilham Saputra. KPU juga dituding sudah mengatur agar Jokowi-Ma’ruf Amin menang 57% tapi sempat dibantah KPU.

Situng KPU dikunci untuk memenangkan calon presiden dan calon wakil presiden tertentu. Berapa pun entri data yang diinput ke Situng KPU tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perolehan suara calon presiden dan calon wakil presiden yang dikalahkan. Skor Situng sudah dikunci. Untuk calon A sekian, calon B sekian.

Bukan rahasia umum lagi data suara hilang di PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) dan transaksi jual beli suara antara Komisioner KPU dengan calon tertentu yang didesain menang.

Berdasarkan hasil Pilpres 2019; Jokowi-Ma’ruf meraih 55,50 persen. Selisih 1,10 persen dari tudingan Situng diatur. Selisih dalam batas margin error. Sementara itu, Prabowo-Sandi memperoleh 44,50 persen. Selisih 16,9 juta suara. 11 juta suara diduga dari pemilih siluman. 5,9 juta lagi terindikasikan dari penggelembungan suara.

Ketiga, Dugaan Penyelenggara Pemilu dan Pengadil Pemilu titipan kelompok politik tertentu yang tidak siap kalah di Pilpres 2024. Hakim MK iparnya presiden. Komisioner KPU dan Bawaslu dekat dengan partai politik tertentu.

Keempat, Jutaan tenaga kerja China yang masuk ke Indonesia ditengarai kuat bermuatan politis. Kekhawatiran munculnya pemilih siluman seperti Pilpres 2019.

Modusnya bermacam-macam. Dari kemudahan penerbitan e-KTP, menggunakan e-KTP warga yang sudah meninggal hingga menikahi pribumi. Bahkan kebijakan Visa Rumah Kedua (Second Home Visa) rawan dimanfaatkan untuk kepentingan politik suara di Pilpres 2024.

Kelima, Netralitas TNI dan Polri termasuk 271 penjabat sementara kepala daerah rawan dimanfaatkan oleh rezim yang berkuasa untuk mendesain calon presiden dan calon wakil presiden tertentu yang pro status quo.

Keenam, Dugaan adanya operasi khusus baik melalui lembaga survei, media maupun intelijen untuk mendesain pemenang Pilpres 2024 pro rezim yang berkuasa saat ini. Sinyalnya sangat jelas ketika ada yang mengungkap rambut putih dan kening berkerut serta Istana mengendorse calon presiden dan calon wakil presiden tertentu.

Ketujuh, Waspada calon presiden dan calon wakil presiden 2024 settingan. Sumber terdekat dengan calon presiden tahun 2019 pernah mengungkapkan kepada penulis. “Dia itu calon presiden untuk dikalahkan bukan calon presiden untuk menang.”

Bandung,
1 Jumadil Tsani 1444/25 Desember 2022
Tarmidzi Yusuf, Ketua Umum JABAR MANIES