News  

Megawati Soekarnoputri Galau di Simpang Jalan: Antara Puan Maharani dan Ganjar Pranowo

Tahun 2024 yang akan datang jika masih ada umur, Puan Maharani berumur 51 tahun. Bagi Puan Maharani itu kesempatan terakhir. Maju Pilpres atau tidak sama sekali. Alasannya simple. Politik itu dinamis. Umur tidak ada yang tahu.

Agak berat melawan incumbent di 2029 bila Puan Maharani berkeinginan maju nyapres. Disamping konstelasi politik berubah. Trah Soekarno belum tentu memimpin PDIP pasca Megawati Soekarnoputri.

Sebenarnya peluang Puan Maharani nyapres sudah ada sejak 2014 yang lalu. Tiba-tiba Megawati di fetakompli (atau dalam istilah aslinya disebut fait accompli) oleh kadernya sendiri. Puan Maharani gagal nyapres. Justru yang maju Joko Widodo alias Jokowi.

Alasannya sama dengan peta politik hari ini. Elektabilitas Puan Maharani rendah. Sementara elektabilitas Jokowi saat itu dan Ganjar Pranowo hari ini melesat. Entah melesat asli atau melesat palsu. Lembaga survei merangkap konsultan politik sekaligus penggiring opini publik yang tahu itu.

Selain Puan Maharani gagal nyapres di tahun 2014, Prabowo Subianto kena “batu” perjanjian Batu Tulis. Menurut cerita, kompensasi duet Megawati-Prabowo di Pilpres 2009 adalah mengusung Prabowo-Puan di Pilpres 2014. Perjanjian Batu Tulis ambyar. PDIP mengusung Jokowi di Pilpres 2014.

Masih menurut cerita lagi. Salahsatu hasil lobby MRT Lebak Bulus-Senayan dan nasi goreng _ala_ Megawati sekitar pertengahan 2019 adalah kembali menduetkan Prabowo Subianto dan Puan Maharani di Pilpres 2024.

Mirip dengan tahun 2014. Elektabilitas Puan Maharani tak beranjak. Elektabilitas “Nasakom” alias “nasib satu koma.” Versi Indikator Politik Indonesia, elektabilitas Puan Maharani hanya 3,2 persen. Lebih tragis lagi hasil survei Litbang Kompas Oktober 2022 lalu, elektabilitas Puan Maharani hanya 0,2 persen.

Sementara elektabilitas Ganjar Pranowo melesat di kisaran 23,2 persen versi Litbang Kompas dan Indikator Politik Indonesia 30,2 persen. Masih menurut Litbang Kompas, elektabilitas Ganjar Pranowo jauh tertinggal dari elektabilitas Jokowi yang sudah menembus angka 43, 5 persen awal tahun 2014.

Goyahkah Megawati Soekarnoputri dengan hasil survei terkini yang tidak berpihak ke Puan Maharani? Akankah Megawati Soekarnoputri dan PDIP tergoda “permainan” politik tahun 2014 dengan mencalonkan Ganjar Pranowo di Pilpres 2024? Bagaimana dengan cerita 2019 yang akan menduetkan Prabowo-Puan di Pilpres 2024?

Pertanyaan-pertanyaan inilah yang membuat Megawati Soekarnoputri berada di persimpangan jalan. Megawati Soekarnoputri dan PDIP mengusung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 sama halnya menutup peluang Puan Maharani nyapres selamanya. Umur Puan Maharani tahun 2034 sudah 61 tahun. Belum tentu juga tahun 2034 PDIP berada dalam kendali keluarga Soekarno. Tidak menutup kemungkinan Jokowi mengincar posisi Megawati Soekarnoputri saat ini. Jokowi perlu “benteng dan banteng politik” pasca Oktober 2024.

Peluang Puan Maharani nyapres bersama Prabowo Subianto di Pilpres 2024 adalah kesempatan terakhir sekaligus membuat masa depan trah Soekarno di PDIP makin tak jelas bila Puan Maharani gagal nyapres.

Publik juga akan menilai. PDIP mengusung Ganjar Pranowo akan memperkuat kesan publik selama ini. Perseteruan politik antara Megawati Soekarnoputri dan Jokowi hanyalah sandiwara politik belaka. Ganjar Pranowo pura-pura terdzalimi. Padahal playing victim (berlagak sebagai korban). Mengerek elektabilitas PDIP dan Ganjar Pranowo dengan sandiwara politik terdzalimi.

Ini mungkin yang menjadi pertimbangan Megawati Soekarnoputri cukup berat. Tidak mau mengulangi kegagalan Perjanjian Batu Tulis untuk yang kedua kalinya. Sakitnya tuh disini kata Prabowo Subianto.

Wallahua’lam bish-shawab.
Bandung, 2 Jumadil Tsani 1444/26 Desember 2022
Tarmidzi Yusuf, Ketua Umum JABAR MANIES