Mengenal Sosok Muhammad Ali Ridha, Legislator Partai Golkar DPR RI Asal Jawa Timur

Muhammad Ali Ridha menjadi anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Timur yang terakhir dibahas. Namanya masih cukup asing di telinga publik. Meski begitu, Muhammad Ali Ridha adalah figur berpengalaman yang berada dalam lingkup profesional.

Ia bukanlah politisi murni, bukan pula seorang organisatoris aktif. Namun pengalaman serta latar belakangnya bisa menjelaskan bahwa ia pantas duduk sebagai anggota DPR RI. Muhammad Ali Ridha terpilih sebagai anggota DPR RI dari Dapil Jawa Timur Jawa Timur XI, yang meliputi Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Sumenep.

Sebagai politisi, Muhammad Ali Ridha mungkin baru dikenal setelah duduk sebagai anggota DPR RI sebagai pengganti atau PAW (Pergantian Antar Waktu) dari Zainudin Amali yang mendapat tugas baru sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora RI) kabinet Indonesia Maju.

Pria kelahiran Bondowoso pada 2 April 1971 ini memiliki segudang perjalanan hidup yang menempa pengalaman serta kapasitasnya di hari ini. Ia tergolong anak yang cerdas dan cepat beradaptasi dengan lingkungan di masa kecil. Hingga tak heran, teman-temannya pun sangat suka bermain bersama Muhammad Ali Ridha.

Memasuki usia sekolah, Muhammad Ali Ridha disekolahkan oleh kedua orangtuanya di SD Al-Khairiyah, Bondowoso pada tahun 1978 sampai tahun 1984. SD Al-Khairiyah merupakan sebuah sekolah yang berbasiskan pengajaran pada ilmu agama dipadukan dengan keilmuan konvensional.

Lulus SD, Muhammad Ali Ridha kali ini memilih untuk bersekolah di institusi pendidikan negeri. SMP Negeri Tenggarang menjadi pilihannya saat itu. Alasan dekat dari tempat tinggal mendasari pilihan rasional orang tua Muhammad Ali Ridha menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Ia memulai masa sekolah SMP dari tahun 1984 dan lulus di tahun 1987.

Masa sekolah menengah atas atau SMA-nya pun ditempuh Muhammad Ali Ridha melalui institusi pendidikan negeri. Ia bersekolah di SMA Negeri 3 Bondowoso sejak tahun 1987 dan lulus di tahun 1990.

Pendidikan tinggi dilalui Muhammad Ali Ridha kembali di sebuah institusi pendidikan keagamaan. Mengambil jurusan Ekonomi, ia berkuliah di Universitas Islam Bandung pada tahun 1991. Selama lima tahun Muhammad Ali Ridha berkuliah sebelum mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada tahun 1996.

Setelah mendapatkan gelar sarjana ekonomi, Muhammad Ali Ridha langsung mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya dengan bekerja di PT. Wisata Surya Timur. Pada tahun 2000, ia berani melangkah maju dengan mendirikan perusahaan bernama PT Ar-Ridha Medical Centre.

Di perusahaan yang ia dirikan itu, Muhammad Ali Ridha sekaligus berperan sebagai Direktur Utama, sebuah posisi strategis di mana ia bisa sepenuhnya mengendalikan jalannya perusahaan. Atas pengalaman serta kapabilitasnya, Muhammad Ali Ridha berhasil mengembangkan perusahaan tersebut. Total selama 9 tahun ia memimpin perusahaan ini, dari tahun 2000 sampai tahun 2009.

Tidak hanya satu perusahaan yang ia kelola, ada beberapa perusahaan lain yang turut pula membutuhkan tangan dinginnya agar berkembang. Seperti PT Trisula Bintang Mandiri di mana Muhammad Ali Ridha menduduki jabatan sebagai komisaris dari tahun 2004 sampai 2019, PT Zam Zam Medika Prima sebagai direktur utama dari tahun 2011 sampai tahun 2019.

Lalu sebagai komisaris di PT Prima Karya Sejahtera dari tahun 2017 sampai 2019, PT Malang Bumi Santosa juga sebagai komisaris di tahun yang sama, PT Sinar Persada Sakti sebagai komisaris dari tahun 2018 sampai 2019, dan PT Soehat Delapan Belas sebagai direktur.

Jika melihat bagaimana riwayat kehidupan profesionalnya berakhir di tahun yang sama, yakni 2019, sebab saat itu Muhammad Ali Ridha ingin berkonsentrasi dalam Pemilu 2019. Saat Pemilu 2019, ia mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dari Partai Golkar. Dari sini kita bisa membayangkan bagaimana komitmen seorang Muhammad Ali Ridha terhadap rakyat dan konstituennya.

Ia bisa merangkap jabatan dengan memegang banyak posisi pada waktu yang bersamaan. Tapi untuk urusan politik, pengabdian terhadap rakyat, maka Muhammad Ali Ridha memilih meninggalkan segala apa yang telah ia bangun dalam waktu yang tak singkat.

Selain karir dunia profesional, Muhammad Ali RIdha ternyata juga pernah aktif di beberapa organisasi, yakni di GAMCA sebagai Ketua Umum pada tahun 2006 sampai 2010, APJATI sebagai sekretaris jenderal dari tahun 2010 sampai 2014, dan HIMSATAKI sebagai Ketua Umum pada tahun 2014 sampai 2019.

Pada Pemilu tahun 2019 lalu, Muhammad Ali Ridha memperoleh jumlah suara sah sebanyak 34.992 suara, atau terbanyak kedua setelah Zainudin Amali. Atas raihan suaranya tersebut, setelah Zainudin Amali menduduki jabatan sebagai Menpora RI, Muhammad Ali Ridha berhak menggantikannya.

Muhammad Ali Ridha kemudian dilantik sebagai anggota DPR RI pada 22 Januari 2020. Setelah dilantik, Fraksi Partai Golkar DPR RI kemudian menempatkannya di Komisi VIII DPR RI yang membidangi persoalan Agama, Sosial, dan Pemberdayaan Perempuan.

Saat duduk di Komisi VIII DPR RI, Muhammad Ali Ridha dikenal cukup vokal terutama dalam perannya ketika melakukan penyusunan hingga pembahasan RUU tentang Pondok Pesantren. Selain itu, ia juga pernah secara kritis mempertanyakan dan menyatakan sikap ketidaksetujuannya atas rencana penghapusan Madrasah dari Sisdiknas yang diwacanakan oleh Kemendikbud Ristek.

Lantas, guna memudahkan peran dan fungsinya sebagai anggota DPR RI, Muhammad Ali Ridha juga mendirikan Rumah Aspirasi, di Kel.Jungcangcang, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan. Hingga kini, rumah aspirasinya banyak dikunjungi oleh masyarakat yang mengadukan persoalan terkait pelayanan pemerintahan khususnya pada bidang agama, sosial dan pemberdayaan perempuan. {golkarpedia}