Isu reshuffle kabinet kembali menguat. Beredar kabar Kepala Staf Presiden, Moeldoko bakal terpental. Moeldoko bakal diganti orang dekat Megawati Soekarnoputri, Andika Perkasa yang baru saja pensiun dari TNI.
Moeldoko dianggap gagal “kudeta” Partai Demokrat. Kegagalan tersebut kabarnya membuat ambisi Istana untuk memperkuat posisi politik di tahun 2024 ambyar.
Bahkan upaya “merebut” Partai Demokrat sebagai bagian dari kasak kusuk untuk menjegal Anies Rasyid Baswedan sebagai calon presiden dari Partai Demokrat berantakan total.
Malah Partai Demokrat hubungannya makin mesra dengan Partai NasDem dan PKS. Momentum deklarasi bersama ketiga partai ini hanya tinggal menunggu waktu.
Gagalnya Moeldoko mengambil alih Partai Demokrat kabarnya dimanfaatkan untuk “menendang” Moeldoko dari kabinet. Megawati Soekarnoputri mulai menyusun kekuatan “mengepung” Jokowi di Istana untuk mengamankan Puan Maharani sebagai calon presiden dari PDIP.
Bukan rahasia umum lagi kalau Jokowi mengendorse Ganjar Pranowo sebagai calon presiden. Kabarnya Megawati Soekarnoputri mulai risih dengan Jokowi yang terus bermanuver agar PDIP mencalonkan Ganjar Pranowo.
Misalnya saja, saat relawan Jokowi mendeklarasikan “2024 Manut Jokowi” di tengah-tengah acara Gerakan Nusantara Bersatu yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pada Sabtu (26/11/2022) menuai banyak protes dari politisi PDIP.
Upaya Megawati Soekarnoputri “meminta” jatah Kepala Staf Presiden untuk PDIP kabarnya untuk mengerem langkah Jokowi agar tidak terus bermanuver mendesak PDIP mencalonkan Ganjar Pranowo. Selain itu, Kepala Staf Presiden juga pernah ditempati kader PDIP, Teten Masduki yang sekarang menempati pos Kementerian Koperasi dan UKM.
Megawati Soekarnoputri ingin mengatakan kepada Jokowi dan publik bahwa Puan Maharani calon presiden dari PDIP. Soal Ganjar Pranowo nyapres bukan urusan PDIP.
Demikian pula soal elektabilitas Puan Maharani yang “nasakom” (nasib satu koma) itu. Publik membacanya Megawati Soekarnoputri tidak terlalu ambil pusing dengan hasil survei. Pengalaman 2014 sudah cukup menjadi pegangan Megawati Soekarnoputri. Sebagaimana kita ketahui banyak lembaga survei merilis hasil survei pesanan yang bekerja untuk calon presiden tertentu.
Lagian pula, PDIP satu-satunya partai politik di Indonesia bisa mencalonkan calon presiden tanpa harus berkoalisi dengan partai politik lain.
Kita tunggu keberanian Megawati Soekarnoputri dan PDIP keluar dari “godaan” elit politik tertentu untuk mencalonkan Puan Maharani sebagai calon presiden dari PDIP.
Inilah kesempatan Puan Maharani atau mimpi nyapres hanya tinggal mimpi. Pasca 2024 belum tentu PDIP dipegang trah Soekarno.
Wallahua’lam bish-shawab.
Bandung,
5 Jumadil Tsani 1444/29 Desember 2022
Tarmidzi Yusuf, Ketua Umum JABAR MANIES