News  

Istana Goda PKS Cegah Koalisi Pengusung Anies Terbentuk, Refly Harun: Gosipnya Ditawarkan 2 Menteri

Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun menyoroti koalisi yang pengusung calon presiden (capres) dari Partai NasDem, yakni Anies Baswedan.

Hal tersebut ditanggapi Refly Harun melalui video di akun YouTube pribadi miliknya. Dalam videonya, Refly Harun mengatakan bahwa terkait koalisi pengusung Anies Baswedan itu, dirinya menyinggung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) agar tidak tersinggung terkait tawaran Istana.

Refly Harun juga menyebutkan bahwa ada kesan istana yang menginginkan koalisi yang mengusung Anies Baswedan itu gagal terbentuk. Adapun koalisi yang disebut Koalisi Perubahan tersebut yakni Partai NasDem, Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

“Mudah-mudahan PKS tidak tersinggung dan tiba-tiba ambil tawaran istana 2 menteri, gosipnya. Karena terkesan, istana tidak menginginkan terbentuknya koalisi yang mengusung Anies Baswedan. Makanya dimusuhin, NasDem. Ada yang meminta kursi NasDem ditarik. Kalau seandainya PKS tergoda rayuan itu. Maka NasDem out, PKS in, dan koalisi pun tidak terjadi. Karena kita menginginkan genuine presidential election,” ujar Refly Harun dikutip NewsWorthy dari video di akun YouTube pribadi miliknya, Kamis (29/12).

Sebelumnya, Refly Harun menyinggung jika terkait nama calon wakil presiden atau cawapresnya dari PKS, justru mengkhawatirkan Anies Baswedan.

“Kalau kriterianya adalah harus dari partai koalisi, maka AHY adalah calon satu-satunya. Karena mungkin, kalau diambil dari PKS, itulah nasib PKS yang selalu kena political negative campaign. Selalu dia mendapatkan surat hitam. Sehingga Anies pun khawatir jika dicalonkan PKS, wakilnya PKS,” ungkap Refly Harun.

Refly Harun pun mengatakan bahwa ada kemungkinan nama-nama lain muncul jika dibolehkan di luar partai politik apalagi di luar koalisi.

“Tetapi, AHY pilihan seandainya harus AHY atau harus dari partai politik. Tapi kalau seandainya boleh di luar partai politik, tentu ada kebebasan. Ada nama-nama seperti Khofifah, kemudian Andika, Gatot Nurmantyo, mungkin Rizal Ramli dan lain sebagainya,” tutur Refly Harun.

“Misalnya khofifah, atau dengan sosok lain yang tidak sekolam. Khawatirnya dengan Anies itu sekolam. Kalau dikolam yang sama, itu memang tidak menguntungkan. Jadi, itu akan membuat pasangan ini (Anies-AHY) tidak akan menggaet vote di luar kolam itu,” tambahnya.

Sementara itu, dikutip dari Merdeka, Surya Paloh tak menampik saat ditanyai apakah Anies-AHY akan dideklarasikan oleh mitra koalisi antara NasDem, PKS dan Demokrat. Namun, duet Anies-AHY masih perlu pembahasan lebih lanjut.

 

“Kalau saya orang tua ini apa, kalau yang baik-baik pasti saya restui. Bisa saja (duet Anies-AHY, tapi itulah yang barangkali harus dimatangkan,” ungkap Surya Paloh.

Surya Paloh pun mengakui, bahwa saat ini pihaknya tengah mencari dan meneliti lebih dalam dari berbagai aspek. Sehingga, sosok yang dipasangkan dengan Anies mampu membawa kemenangan.

“Sedang kita nominasikan, kita cari, kita utak-atik, kita lihat lagi, kita lihat tanda-tanda bahasa dari berbagai aspek, yang memungkinkan hingga pasangan Pak Aniesnya seperti yang diharapkan beliau sebagai capres,” ungkap Surya Paloh.

Kendati demikian, untuk memutuskan siapa sosok yang tepat untuk mendampingi Anies, Surya Paloh menyebut, menjadi sepenuhnya kewenangan Anies.(Sumber)