News  

Dikeluhkan Banyak Penumpang, Ini Penyebab Harga Tiket Kereta Api Mahal

Sejumlah penumpang kereta api mengeluhkan tingginya harga tiket kereta. Salah satunya Suryo penumpang KA Taksaka Gambir-Yogyakarta.

Bisanya Suryo membeli tiket kereta api di kisaran Rp 400.000-500.000. Namun, saat ini dia mendapatkan tiket dengan harga Rp 600.000.
Ada kenaikan Rp 100.000 kurang lebih. Harapannya ke PT KAI, harganya kembali ke normal saja,” curhat Suryo kepada kumparan di Stasiun Gambir, Sabtu (7/1).

Selain itu, penumpang bernama Andre juga merasa ada kenaikan harga tiket kereta api. Dia membeli tiket seharga Rp 300.000 menuju Semarang.

“Harganya naik hampir 40 persen. Harga tiket cepat atau lambat bisa naik, yang penting lancar saja,” harap Andre.

Sementara itu, salah satu penumpang perempuan asal Bandung yang rutin membeli tiket kereta Argo Parahyangan juga mengeluhkan harga yang naik. Saat ini dia membeli harga tiket kelas Eksekutif sebesar Rp 170.000.

“Kalau kelas ekonomi Argo Parahyangan harganya Rp 140.000. Biasanya sebelumnya beli Eksekutif Rp 140.000, tiket ekonomi Rp 120.000. Ada kenaikan,” ujarnya.

Harga Solar Naik & Setor Biaya Triliunan Jadi Sebab
Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran), Deddy Herlambang, mengungkapkan penyebab harga tiket kereta PT KAI mahal. Alasan pertama, KAI tidak mendapat lagi subsidi BBM solar.

“Beban KAI di tahun 2022, BBM non subsidi 73 juta liter. Harga terakhir Rp 27 ribu per liter, kenaikan BBM yang lumayan,” ujar Deddy saat dihubungi kumparan, Sabtu (7/1).

Alasan kedua, yaitu KAI dikenakan Track Access Charge (TAC) yang terlalu mahal. TAC merupakan biaya yang harus dibayar oleh penyelenggara sarana perkeretaapian untuk penggunaan prasarana perkeretaapian yang dimiliki atau dioperasikan.

Menurut Deddy, KAI keberatan menanggung TAC walaupun sudah ditagih. Regulasi baru yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 138 tahun 2021 menetapkan KAI harus membayar TAC sebesar Rp 2,4 triliun, lebih tinggi dari regulasi lama sebesar Rp 388 miliar.

Untuk bayar itu duitnya dari tarif. Kalau dibeli oleh penumpang, bersyukur. Kalau tidak terbeli, kelangsungan bisnis KAI repot,” katanya.
Deddy melanjutkan, kenaikan TAC dikembalikan oleh KAI sebagai operator sarana. Sehingga biaya kenaikan juga ditanggung oleh pengguna kereta.

Alasan ketiga, yakni kontrak Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara (Infrastructure Maintenance and Operation) atau IMO harus dibayarkan ke KAI belum dibayarkan APBN. Kekurangan IMO dari APBN diperkirakan sekitar Rp 2,5 triliun.

Di sisi lain, lanjut Deddy, dampak tidak langsung kenaikan tarif kereta adalah beban KAI mengurusi Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJC). Meski mendapat Penyertaan Modal Negara (PMN), Deddy menduga PT KAI menombok biaya pembangunan terlebih dahulu.
“Juga LRT Jabodebek, PT KAI mengoperasikan. (Biaya awal ditanggung juga),” tuturnya.

KAI Buka Suara
VP Public Relations KAI, Joni Martinus, mengungkapkan tiket kereta api memang bisa naik atau turun. Ia merasa saat ini harga tiket juga masih sesuai.

“Tarif kereta api komersial sifatnya fluktuatif menyesuaikan dengan demand dari pelanggan. Tarifnya juga kami pastikan selalu berada dalam Tarif Batas Bawah (TBB) dan Tarif Batas Atas (TBA) yang telah ditetapkan,” kata Joni saat dihubungi, Jumat (6/1).

“Adapun untuk kereta api yang sifatnya PSO atau mendapatkan Public Service Obligation, tarifnya selalu tetap sesuai dengan tarif yang telah ditentukan oleh pemerintah,” tambahnya.

Joni menjelaskan pihaknya sudah memberikan alternatif dengan menjual tiket ke berbagai tujuan dalam berbagai kelas dan subkelas. Menurutnya, hal itu agar pelanggan dapat memilih tarif yang diinginkan sesuai kebutuhan.

Joni menuturkan KAI juga sering memberikan keringanan bagi pelanggan dengan memberikan promo atau diskon tiket.(Sumber)